SEKAPURSIRIH
Aku Putra, 18 tahun. Aku mencoba menulis tetapi tak tau harus mulai dari titik yang mana. Awalnya hidupku berjalan normal, bahkan diatas rata-rata teman ku yang lain. Sampai tiba-tiba jalan hidupku melaju dengan cepat dan memutar roda nasibku. Tak ingat kapan tepatnya tetapi ruang dan waktu saat itu membuat aku menulis kisah ini, kisah yang ingin ku bagi dengan orang lain, kisah yang singkat tetapi sangat menyakitkan sampai-sampai menutup rasa syukur ku.
Aku mempunyai Riri, dia seorang gadis yang diatas rata-rata temannya, sebagai gadis belasan tahun, dia mampu membawa pada ruang kedewasaan dan kadang membuat masalah menjadi sedikit lebih rumit. Aku mengenal wanita ku ini sudah sekitar 4 tahun, dan dalam 3 tahun belakangan ini kami menjalin hubungan, hubungan yang sangat ku banggakan di depan teman-temanku, hubungan yang membuat iri setiap pasang mata yang melihat lekat ke arah kami, itulah aku dan dia, Riri, wanita milikku 3 tahun belakangan ini. Tak jarang ada yang mengatakan kami mempunyai perawakan yang mirip, jodoh katanya.
Kami bahagia, dan kami menjaga harmonis ini sehati-hati mungkin. Masalah demi masalah terselesaikan dari yang simpel sampai yang rumit, Riri dewasa dan aku mudah mengerti, jadi tak ada masalah yang berarti yang menghantui hubungan kami. Aku pernah menyukai seseorang selain Riri, walau jadi masalah yang sempat membawa hubungan kami di ujung tanduk, tetapi akhirnya dapat terlewati, bahkan masalah itu makin meningkatkan kualitas hubungan kami. Ku lihat makin banyak pasang mata yang berbicara kagum pada kami, pada hubungan ku dan Riri. Tak sersirat apa itu kehilangan, bagaimana rasanya dan dengan cara apa menyembuhkan rasa itu. Kami bahagia dan aku selalu berdoa agar selalu begitu. Tetapi. Seperti yang sudah ku katakan, tiba-tiba saja roda hidup ku berputar, begitu juga dengan hidup Riri.
Setelah kami terpisah, tepatnya berbeda universitas selepas SMA, kebiasaan kami berdua pun berubah seratus delapan puluh derajat. Dulu kami selalu bersama saat SMA, berangkat sekolah, jajan di kantin, mengerjakan tugas, dan pulang sekolah, masih banyak lagi yang kami kerjakan bersama semasa sekolah dulu, tetapi sekarang tidak ada lagi. Kampus Riri di Depok, dan Kampusku di daerah Jakarta Selatan. Walau tidak jauh sekali, tetapi kami jadi jarang bertemu. Dan hubungan kami dalam keadaan kritis akhir-akhir ini.
Semerter pertamaku dan Riri berjalan dengan baik, aku masih menyempatkan waktuku untuk kadang menjemputnya ke kampus, dan aku pun mengenal sebagian teman-teman barunya. 6 bulan di tempat yang berbeda belum menunjukann masalah yang berarti dan serius, hubungan kami toh masih membuat orang lain kagum, kami terlihat saling setia dan menghargai, juga saling membanggakan satu sama lain. Masuk ke semester kedua, tugas-tugasku mulai menumpuk, dan Riri mulai aktif di kampusnya, kami jadi jarang bertemu, bahkan via handphone pun tidak bisa sering-sering berhubungan. Tugas ku sangat banyak di tambah lagi rumah ku yang tidak dekat dengan kampus, aku kadang harus menginap di rumah teman yang ada di dekat kampus, dan kadang Riri memaksa bertemu, walau tak ada waktu luang pasti aku menyempatkan waktu untuknya. Riri pun berubah, dia jadi curigaan dan tak jarang kami mendebatkan masalah sepele, apalagi jika kita saling sulit bertemu.
Hubungan kami mulai sering diwarnai pertengkaran, aku merasa Riri tidak mengerti keadaanku.
No comments:
Post a Comment