Monday, June 28, 2010

SERATUSBINTANG

Dia menggigit bibirnya sendiri seakan sakit yang dia rasakan akan sedikit menghilang, ya aku melihatnya dengan jelas. Dia yang berada di sudut ruang pesta itu, bening dimatanya nyaris menetes namun dia terus berusaha menahannya. Tak dia biarkan kelopak matanya berkedip, dia tak mau kelopaknya menyapu bening yang hampir tumpah. Apakah serapuh itu Bintang yang ku kenal? Aku tak berani menghapirinya, aku tak ingin membuatnya merasa lemah dengan iba-ku. Bintang kuat, aku sangat percaya itu. Mengapa aku sama sekali tak bisa menjadi apa yang Bintang harapkan?

Malam itu, pesta ulang tahun Noval. Bintang kenal betul siapa Noval, dia mantan-ku tepat sebelum Bintang, dia juga sahabat kecil Bintang sewaktu SD di Bandung. Entah mengapa dunia begitu sempit seakan-akan hidupku tak jauh dari masa lalu yang sangat ingin aku lupakan. Dulu aku yakin bahwa aku mencintai Noval sepenuhnya sebelum aku bertemu Bintang, aku percaya dulu Noval pria terakhir untukku sebelum aku bertemu Bintang, dan dulu aku sempat terpuruk cukup lama karna aku tau bahwa aku telah kehilangan Noval, dan itu dulu, dulu sebelum aku bertemu dengan Bintangku. Bintang yang mengangkatku, Bintang yang mangajariku bagaimana cara mencintai lagi, Bintang yang bilang bahwa lukaku bisa sembuh tanpa bekas, Bintang yang menjadi penghangatku waktu itu setelah Noval pergi dengan cepat dan meninggalkan aku tiba-tiba saat aku masih sayang padanya. Aku tau butuh waktu yang lama untuk Bintang meyakinkanku bahwa Noval bukan pria yang baik untukku, cinta sejati tak akan meninggalkan luka tiba-tiba dan pergi begitu saja. Saat itu, aku tak percaya akan ada Noval kedua di hidupku, Noval pergi dan mengambil bagian terpenting dari hari-hari yang ku punya. Noval hanya memberiku 2 pilihan kala itu, tetap mencintainya tanpa memiliki atau mati. Sebulan Noval pergi tanpa kabar, dan belum sedikitpun aku menghapus cinta untuk Noval, aku mendengar kabar bahwa Noval pacaran dengan wanita cantik teman SMAnya dulu. Aku berharap aliran darahku berhenti saja, tapi kenyataannya aku masih hidup dan dapat bernafas dengan semestinya walalu agak sedikit sesak. Dan sekarang aku ada di pesta ulang tahun Noval, setelah sekitar 1 tahun aku tak bertemu dengan Noval yang dulu milikku itu, aku tak pernah mambayangkan jika aku berada di satu tempat dengan dua orang yang dulu dan sekarang aku cintai, Bintangku dan Noval yang dulu punyaku.

Saat ini Noval ada di hadapanku dan Bintang berdiri tepat di sampingku. Aku tak berani menatap mata Novalku yang dulu, aku menggenggam tangan Bintang erat.

”Wah tamu jauh dateng juga.” Noval menyambut dengan wajah sumringah waktu aku dan Bintang masuk pintu rumahnya. Dia mengulurkan tangannya.

Bintang segera menyambut tangan Noval dan melepas tangan kiri-ku yang sedari tadi menggenggamnya erat. ”Hei Nov. Apa kabar? Sudah lama banget kita nggak ketemu ya” Manisnya, Noval tersenyum simpul dengan lesung pipi khas Novalku dulu. Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan, aku bersama kedua orang aku sayang. Aku harus berkata apa saat Noval memutar bola matanya dari Bintang ke arah-ku dan bertanya kabarku? Apa aku bilang bahwa aku belum bisa melupakannya, bahwa aku masih sayang padanya, dan aku mengharapkan kehadiaran hari-hari yang dulu bersamanya? Tak mungkin, ada Bintang sekarang bukan Noval!

”Sudahlah Put, kamu punya Bintang sekarang! Dan dia sangat menyayangimu.” aku menasehati diriku sendiri dalam hati.

Saat Noval ingin mengalihkan pandangannya dari Bintang ke arah-ku tiba-tiba saja ada yang memanggilnya dari atas panggung. Dia adalah raja dalam pesta ini, dan dia segera naik ke atas panggung. Dia tersenyum simpul lagi sebelum meninggalkan aku dan Bintangku, dan dia masih setampan Novalku yang dulu.

Aku dengar kabar bahwa Noval akan bertunangan juga malam ini, bertunangan dengan wanita yang dulu merebut Noval dari sisiku. Wanita cantik teman SMAnya. Wanita yang membuatku tidak dapat memiliki Noval lagi samapai sekarang, sampai detik ini.

Aku tak dapat berbohong, Noval masih ada disini, ada di dalam hatiku, aku tak bisa semudah itu melupakan Noval walau ada Bintang saat ini. Tuhan, apa yang harus aku lakukan, rasanya aku tak sanggup jika akan melihat Noval melingkarkan cincin di jari tangan orang lain. Dan itu bukan aku, Noval bukan milikku. Apa sebenarnya yang Noval fikirkan? Apakah dia masih sayang aku? Atau dia sudah benar-benar tak ada perasaan apapun. Apakah semudah itu Noval menghapusku dari hidupnya dari hari-harinya? Bahkan di tengah keramaian ini pun aku merasakan sepi yang begitu dahsyat.

Sekarang Noval sudah berdiri tepat di atas panggung bersanding dengan wanita cantik miliknya itu, wania yang aku anggap beruntung dapat memiliki Noval yang dulu milikku itu. Pembawa acara membacaan sebait puisi yang tak dapat aku dengar dengan jelas, sepertinya itu puisi yang menggambarkan cinta, lebih terpatnya cinta antara wanita beruntung itu dengan Noval. Aku hanya dapat melihat wajah pasangan itu yang begitu bahagia bersanding di atas panggung, aku tak mengalihkan pandanganku selain dari panggung, aku tak memikirkan apa yang Bintang rasakan saat itu berada di sampingku yang melihat masa lalu dengan penuh harap dan penyesalan. Bintang maafkan aku, aku masih sangat mencintai Novalku itu. Maafkan aku Bintang L

Acara mulai mengisyaratkan bahwa sekarang lah waktunya aku harus melihat pertunangan Novalku itu, aku melangkah maju mendekati panggung meninggalkan Bintang disudut ruang pesta itu. Aku ingin melihat dengan jelas bahwa Noval benar-benar akan pergi untuk selamanya. Entah apa yang dilakukan Bintang kala itu, aku terpaku dengan acara yang sedang berlangsung. Mulai Noval mengambil cincin dan melingkarkan di jari manis wanita beruntung itu, ”Noval, apa kau tidak ingin melihat kearahku sejenak, aku yang masih sangat menyayangimu, apa kau tak ingin tau bagaimana perasaanku melihat ini semua? Noval aku sayang kamu.” hatiku nyerocos berbicara tak terkendali, berharap Noval pun bisa mendengarnya dari atas panggung sana, tapi nyatanya tidak. Tak kusadari sedari tadi bening membanjiri pipiku. Aku menangis, dan aku tak dapat mengendalikannya. Semua orang diruangan bertepuk tangan dan airmataku semakin menjadi-jadi, aku sedikit terisak di tengah hadirin dalam ruangan itu.

Aku segera membalikan badan hendak kembali ke tempatku bersama Bintang semula, dan kala itu aku melihat Bintangku menahan beningnya, dia menatapku dalam. Dan lututku lemas, aku berusaha menopang berat tubuhku yang semakin lemas dengan keaadaan kala itu. ”Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak tau. Bintang maafkan aku, aku menyakiti kau yang tak pernah berbuat salah padaku. Maafkan aku Bintang.” Hatiku kembali nyerocos.

Saat aku segera ingn menghampiri Bintangku, dia setengah berlari keluar ruangan pesta. Aku berlari untuk mengejarnya. Aku berbuat salah, dan aku harus meminta maaf kepada Bintangku.

Dia masuk mobil, menyalakan mesin dan melaju keluar gerbang rumah Noval. Aku mengejarnya, dan di tengah jalan dia menghentikan mobilnya, aku pun menghentikan langkahku beberapa kaki dari mobil Bintang. Bintang keluar, dan dia menatapku sejenak. Lalu dia berlari menghampiriku. Dia tiba-tiba memelukku dengan erat sampai aku sulit bernafas. ”Maafkan aku” aku terisak di pelukannya. ”Maafkan aku menyakitimu, Bintang” Aku memeluknya erat. ”Aku tak tau harus bagaimana? Aku merasa sangat bersalah padamu.” Bintang melepaskan pelukannya dan menghapus airmataku. ”Apa yang harus aku lakukan untuk meminta maaf padamu?” Aku terus bertanya tapi Bintang tak sedikitpun menjawab pertanyaanku, aku melihat jelas ada bening di pipinya. Dia menangis, dan aku yang membuat orang sebaik Bintang menangis.

”Aku yakin aku sayang kamu Put.” Bintang menopang daguku, aku tak berani menatap matanya.

Airmataku menetes deras kala menatap mata Bintang yang berkaca-kaca saat dia mengatakan bahwa dia yakin di sayang aku. Bintang menatapku dalam seakan-akan tatapan mata kami saat itu dapat mengatakan semua kata yang sangat rumit untuk dikatakan.

”Aku akan mencoba keras melupakan Noval, demi kamu Tang” Ucapku

”Aku telah memutuskan mencintai kamu Put, dan aku harus menghadapi apapun resikonya. Aku hanya ingin kau tak menoleh kearah yang lain saat aku berbicara, aku ingin kau ada disini saat aku marah ataupun menangis. Aku benar-benar sayang kamu Putri. Dan aku tak bisa membohongi siapapun. Entah mengapa aku selalu bisa memaafkan semua salahmu, dan aku selalu bisa memaklumi semua perbuatanmu, dan memang parasaan itu yang saat ini ada” Dengan tenang Bintang mengatakan semua itu, dan aku tak tau harus berkata apa. Aku wanita terbodoh yang Bintang miliki. Aku ingin Bintang mendapatkan yang terbaik, mendapatkan apa yang dia inginkan, tapi aku belum bisa melakukan semua itu untuknya, karna aku teralu bodoh. Aku tak tau bagaimana cara mencintai Bintang, Bintang yang kupunya saat ini. Bintang yang benar-benar tak dapat aku gambarkan bagaimana kebaikannya. Dia sangat kuat, tapi mengapa karna aku dia terlihat begitu rapuh, bahkan aku tak sanggup memeluknya yang serapuh ini. Aku tak bisa merangkainya utuh, aku hanya bisa menghancurkannya dan meredupkan sinarnya perlahan. Aku ingin dia tau, bahwa aku sama sekali merasa tidak pantas ada di sisinya, tapi aku mencintainya. Sangat mencintainya, dan jujur aku mencintainya melebihi cintaku pada Noval, Noval yang tak pernah akan dapat aku miliki lagi. Tapi aku tak dapat mengatakannya, aku akan selalu mencintai Bintang, walau ada sejuta Bintang, aku hanya dapat mencintai Bintangku yang satu ini. Bintang sedang berdiri di hadapanku ini, Bintang yang menangis karnaku.

”Bintang, aku mencintaimu” Hanya kata itu yang mewakili semua yang aku rasaakan. ”dan maafkan aku Bintang” dan hanya sederet kaliamat itu yang dapat aku berikan, aku berharap dia tau semua apa yang aku rasakan. Bintang, bantu aku melupakan Noval, dan aku akan setia hanya padamu, bantu aku, karna aku sangat butuh bantuanmu.



Monday, June 21, 2010

Entah Esok

Ketika ku melayang tinggi karena jatuh cinta, harusnya aku siap untuk terjatuh karna cinta yang lalu pergi melayang.

Dia : jangan pergi, ku mohon, aku sayang kamu.

Aku : (sangat tak tega aku mendengarmu memohon, aku menghentikan langkahku)

Dia : kenapa kamu mau pergi? Siapa yang akan mengisi ruang jemariku kelak?

Aku : (aku terenyak, luput semua kata-kata diotakku)

Dia : aku sangat yakin bahwa aku sayang kamu sepenuhnya, tapi kenapa begitu sulit membuatmu tetap ada denganku? Kau tidak mencintaiku?

Aku : (aku menatapnya dalam) dengar! Aku tak dapat berjanji apapun, aku hanya dapat katakan 'aku cinta kau saat in' tapi entah esok.

Dia : lalu kenapa kau mau pergi?

Aku : aku merasa kau wanita yang akan setia mencintaiku, itu membuatku bahagia, bahkan teramat bahagia. Tapi, bagaimana denganku? Aku bukan orang yang akan membahagiakanmu selamanya. Aku? Aku bukan pria yang setia, aku bukan orang yang akan terus mencintaimu, aku tak bisa membahagiakanmu, aku sering membuat kau menangis, aku silau akan cintamu dan sekarang aku kuncup.

Dia : alasan yang bodoh! Aku bukan akan selalu setia! Tapi aku mencoba selalu setia. Berusaha untuk tak palingkan arah darimu. Belum ada kepastian, tapi aku berusaha membuat itu pasti. Kau takut, sebelum kau mencoba! Belum sadarkah kau bahwa dicintai begitu indah. Bahwa tak ada sama sekali beban untuk mempertahankan kesetiaan. Aku pun mencintaimu saat in dan entah esok! Tp aku yakin esok pun aku tetap akan mencintaimu, dan itu yang membuatku tetap setia. Sebuah keyakinan, hanya itu, yakin kalau kita bisa setia dan membahagiakan. Jika kau tidak yakin, maka tak akan nyata semua yang kau harapkan.



Ayank,141103 @ 09:10pm

Friday, June 18, 2010

BINTANG, KAU BERSINAR SEPERTI NAMAMU

Genap 4 tahun aku menjalin hubungan dengan Bintang, dia seorang pria yang sabar dan ia tahu kapan harus marah. Selama berpacaran kami tak jarang bertengkar, dia pandai sekali membuatku berada di posisi bersalah. Tapi memang aku yang salah, aku pun bingung jika ingin menyalahkan dia, karna memang dia tak ada cacat sedikit pun selama berpacaran denganku. Dia sangat setia, bahkan terkadang aku muak dengan kesetiaannya, aku ingin sekali merasakan disakiti, huh… Bintang pacar keempatku, dari semua mantan-mantanku aku tak pernah merasa tersakiti. Aku sering bermain api, tapi aku merasa aku tak pernah terbakar. Satu-persatu mereka aku sakiti dan ku tinggalkan, dan sekrang Bintang, aku kira dia juga akan tidak sanggup dengan sifatku, tapi ternyata salah besar, dia tak pernah meninggalkanku.
4 tahun, rekor untukku. Selama ini aku tak tahu mengapa aku bisa bertahan dengannya, atau mungkin tepatnya dia yang bertahan denganku. Waktu kami menginjak usia pacaran 2 tahun, aku merasa sudah cukup waktuku dengan satu orang ini, aku tak mau menghabiskaan waktuku hanya dengan satu orang, aku coba buat kesalahan. Coba aku berpaling, dan aku ingin tahu reaksinya. Sengaja tak aku hapus sms-smsku dengan cowo-cowo lain, dengan adik kelas, kakak kelas, bahkan dengan mantan-mantanku. Tapi belum juga dia protes, padahal dia setiap hari meminjam HPku dan membaca smsnya satu-persatu tanpa terkecuali. Aku fikir, kalau sms biasa mungkin dia tak curiga, dan sekarang aku melangkah lebih jauh, aku mulai menyelipkan kata-kata mesra, seperti sayang, miss you, love you, atau apalah yang tak wajar di sms-smsku dengan cowo-cowo itu, tapi kali ini pun aku tak menerima respon apapun darinya. Ya sudah aku jalani saja apa yang sudah aku perbuat.
Minggu demi minggu berlalu, Bintang agak sedikit jutek, kadang dia tak mau berbicara dengaku, aku fikir ya mungkin saja dia memiliki masalah. Aku membantunya semampuku, genap satu bulan, dia mulai memecahkan kebisuannya selama ini. Dia ingin berbicara denganku sepulang sekolah. Aku kira dia akan menyudahi hubungan kita, tapi ternyata aku sangat tak menyangka.
Sepulang sekolah dia membawaku dengan motornya ke suatu tempat yang sebelumnya aku tak pernah tau, kita diam beberapa belas menit, lalu Bintang mengeluarkan sepatah kata dari mulutnya.
“Kamu sayang aku?” singkat dan membuatku bingung harus menjawab apa.
“Kenapa? Kamu nggak percaya?” Jawabku apa adanya.
“Ko balik Tanya?” Bintang merasa pertanyaannya belum terjawab.
”Kamu kenapa? Akhir-akhir ini kamu aneh! Aku mau kamu yang dulu!” Jawabku tanpa melunasi pertanyaannya.
”Dengar! aku cape sama semua yang kamu lakuin! Kamu nggak ngerti perasaan aku, aku bebasin kamu, bukan berarti kamu tanpa batas!” sebelumnya tak pernah Bintang berbicara seperti itu, dia orang yang dewasa, tapi sekrang dia merengek bagai anak kecil. “Kau tau, waktuku habis untuk mengenalmu!” suaranya naik satu oktaf. “Tapi tak sedikitpun kau menyelami rasa sayang ini, atau sedikit hanya membuatku merasa dicintai!” Tambahnya makin menjadi-jadi.
“kenapa kamu tetap mencintaiku?padahal kamu tau belum juga aku dapat membuatmu bahagia?!!” aku tau kata-kataku menyakitinya, dia terdiam beberapa detik dan matanya mulai berkaca-kaca. “Selama ini aku membuka kuncimu, tapi tak juga kamu pergi dariku. Padahal aku tau kau tersakiti selama ini!” setiap hendak ia mulai berbicara, aku selalu memotong kata-katanya. ”Aku masih butuh main-main! kau membawaku selalu serius tanpa ada waktu istirahat untuk kita tidak saling mencintai!”.
“oke terimakasih.” Suaranya sangat rendah sampai nyaris tak terdengar.
“Satu lagi, aku muak dengan kesetiaanmu. Tak pernah ada masalah! tak ada cacat dari cintamu! dan aku bosan!” ternyata kata-kataku membuat Bintang menyeka kantung matanya yang tak dapat lagi menahan airmatanya. “Seharusnya cintamu bukan untukku Bintang! Kau terlalu sempurna, cintamu membuat aku merasa terpenjara. Tapi, selama ini tak ada alasan untukku menyalahanmu dan menyudahi hubungan kita!” entah mengapa kata-kata ku yang seharusnya membuat Bintang tambah emosi malah meredakan amarahnya yang semula terlihat. “Bukan Bintang!!! Kamu itu tak pantas mencintaiku. Bukan berarti aku tak mencintaimu, tapi aku tak bisa selalu mencintaimu seperti apa yang kamu lakukan selama ini!” saking emosi, airmataku menetes perlahan. “Bintang! cintamu terlalu sempurna selama ini. Sebenarnya kau membuat aku merasa sempurna juga. Tapi……………………” kata-kataku terpotong oleh bayangan di otakku sendiri. “Hah…! Sudahlah, aku tak pandai berkata-kata sepertimu!” aku meninggalkannya sendiri di tengah taman.

###

Malam setelah aku mengeluarkan apa yang aku rasakan selama ini pada Bintang, aku tak bisa tidur. Dan berhari-hari tidurku selalu terjaga di tengah malamnya.
Sampai satu malam aku terjaga lagi, di luar hujan deras, aku melihat ke sisi HPku. One new message from Bintang.

Bintang
01-Nov-2009 23:01
Assalamualaikum
Bagaimana kabarmu Put? Malam ini genap setengah bulan aku tak menggangumu. Bagaimana? apa nafasmu lebih leluasa?

Baru aku ingin membalasnya, ada SMS masuk lagi.

Bintang
02-Nov-2009 00:30
Aku hargai sikapmu put. Buat hidupmu lebih berfariasi tanpaku. Dan aku akan meninggalkan mu. Terima kasih atas waktumu selama ini. Walau kau tak sepenuhnya mencintaiku, tapi kau buat aku sama sekali tak merasa sia-sia mengenal dan menyayangimu. Kau tak akan terlupakan Put, tapi aku ikhlas jika kamu akan menghapus semua tentang kita.

Dan aku mulai mengetik kata demi kata dengan tangan gemetar dan airmata yang meneter perlahan.

Bintang
02-Nov-2009 00:42
Bintaaaang, aku tak tau apa yang aku rasakan, tapi yang jelas kini berbeda dengan apa yang aku rasakan biasanya. Kau membuat aku meneteskan airmata. Aku tak mau kau pergi dan meninggalkanku. Aku Ingin kau tidak akan menyerah sekalipun aku tak bisa jadi pa yang kau inginkan. Ternyata aku menangisi kepergianmu juga. Aku minta maaf. Beri aku kesempatan untuk mengubah semuanya, aku akan coba semampuku untuk memberikan semua cintaku padamu, seperti apa yang kau lakukan dan harapkan selama ini.

Message delivered
Bintang
02-Nov-2009 00:42

Tapi Bintang tak juga membalasnya. Ya Tuhan, malam itu bagai aku terbakar oleh api-api yang selama ini aku mainkan. Ternyata sangat manas dan menyengat lebih dari apa yang pernah aku bayangkan.
Dan itulah, 2 tahun silam mengajarkanku dan memberitahukan bahwa Bintang adalah pria terakhir di dunia untukku. Dan 4 tahun dengannya tak memenjarakanku tapi membuat warna baru. Bahkan lebih banyak warna lagi. Dengan kata lain dia malaikat yang dikirim Tuhan untukku. Detik demi detiknya tak terbayarkan emas manapun. Bintang adalah seseorang yang terus menjaga hatiku tanpa lelah, dan itulah cinta. Karna cinta tak lain dan tak bukan adalah pengorbanan.
Bintang, hmmm…. Bersinar seperti namanya, memiliki lebih dari satu sudut seperti waktunya untukku, 2 sisinya telah mengisi hari-hariku dengan warna. Warna yang lebih banyak, lebih dari apa yang diberikan dunia untukku. Aku fikir dia akan menjadi masa depanku, tapi Bintang datang lebih cepat, dan sesungguhnya dia membawa kebahagiaan lebih cepat juga. Tuhan membawaku padanya, dan itu anugrah yang mahal dan berkilau.

Ayang Sri Rahmayanti. Senin 02 November 2009