Monday, March 14, 2011

perjalanan kedua

lalu kami tersesat,
dia memegang tanganku erat, mungkin takut kehilangan lagi,
kami berjalan lurus,
sesekali pundakmu menopangnya yang kelelahan berberi semangat tetap dalam hening,
aku tau, peluhnya membuat ia lelah, ia tak mampu, tetapi aku menghargai perjuangannya,
tak menyangka aku, di balik selimut setiap malam ia berdoa dan sedih,
ia menangis dan berharap haru birunya larut dalam malam,
ia menyesal, aku pun begitu
kami menyesal dan tersesat,
lalu di awal musim hujan, ia bertelanjang kaki di atas bumi, dia kesakitan tetapi sekarang ia membawaku dalam hening,
diam ini sangat menyakitkan,
aku melukaimu dan lukaku juga belum sembuh
maaf,

2 comments: