Thursday, November 11, 2010
Ingatkan Aku
Ingatkan aku, ingatkan jika aku melakukannya lagi, karna terkadang aku lupa. Katakan bahwa aku pernah menyuruhmu melarangku menangis, bilang bahwa aku cengeng dan caci saja bahwa aku terlihat makin jelek kalau menangis.
Tak usah menghibur ku macam-macam, cukup ingatkan aku saja bahwa detik ini pernah terlewat dan kau tidak melupakannya.
Kalau kau lelah kau tak perlu mengingatkan, biarkan saja aku, abaikan saja aku yang lupa.
Kau tak perlu memaksakan batinmu untuk iba padaku. perhatikanlah lekat-lekat bagaimana aku menangis, dan seberapa lama aku terisak, itu jika kau lelah.
Tapi jika kau sudah tak cinta, tinggalkan aku saat mataku mulai berkaca, pergi yang jauh jangan hiraukan, jangan munculkan wajak belas kasihan saat mataku berkaca, biarkan aku menahan bening ku dengan kantung mata, dan jika kau terlanjur melihat bening itu tumpah, izinkanlah terus aku menangis, izinkan dan jangan larang aku, dan juga jangan lihat aku lekat-lekat, jangan hiraukan aku, melangkahlah pergi dariku. aku tak akan mengejarmu, tak akan pula memanggilmu untuk kembali. Tapi satu hal, jika telah lama kau pergi dan ingin melihat keadaanku, ku pastikan aku masih dengan tangisan dan kekhilafan, aku masih ada di tempat dimana kau meninggalkanku, dan tak sedikitpun berubah dari raut wajahku, kau akan lihat aku setia tetap dengan air mata, dan kau tau apa artinya. aku akan menunggu sampai kau merasakan apa yang pernah kau miliki itu berharga dan kau dapat memilikinya lagi, memiliki dengan segala apa yang sama. Dan jangan lupa ingatkan aku, katakan lah "berhentilah menangis, aku ada disini"
lalu aku tersenyum, tersenyum masih dengan bening membanjiri pipiku, mungkin aku akan terlihat lebih lusuh, dan itu aku, keadaanku saat menunggu kau kembali. Tapi ingatkanlah aku, aku butuh kau ingatkan.
Thursday, November 4, 2010
tentang airmata
Tuesday, November 2, 2010
loser
Tetapi aku telah membangunnya tanpa aku tau itu dulu,
Ingin sekali aku bilang bahwa aku lelah, peranku memakan banyak tenaga
Tetapi mungkin kau tak akan melihat kantung mata yang lelah itu dari wajahku, entah mengapa
Sekarang aku sulit mencari kata untuk menggambarkan bagaimana artimu untukku, dan aku juga tak tau mengapa
Aku takut memelukmu dengan erat, dan entah mengapa
Sekarang ku dapatkan pelukanmu yang hangat, tetapi itu seperti api, aku juga tau tau mengapa
Dapatkah kau beri tau aku, mengapa ini begitu sulit
Aku tak kakut melangkah, aku ingin kau tau dan yakinkan aku bahwa kecewa itu tak akan pernah ada lagi.
Saturday, October 9, 2010
I EVOL OUY
sedangkan tuntutan alasan itu selalu bersamaku.
Alasan mengapa aku memutuskan menjalani hari ku seperti ini.
Untukmu apakah tanpa aku mengungkapkan, kau akan mengerti?
Kau mengetahui keluh kesah dan semua haru biru yang melandaku
Kau mengetahui bahwa suka cita dan canda tawa ku tak mudah menghampiri
Arti apa lagi yang ingin kau mengerti?
Yang pasti, bening biru ku hanyut di dalam hitamnya malam
Untuk mengangkatmu di bagian teratas yang tak terjangkau dengan apa yang ku rasakan
Saturday, August 28, 2010
you must know it
Pertama, sesuatu yang dengan ikhlas anda berikan kepada orang lain.
Kedua, sesuatu yang dengan terledor anda hilangkan.
Dan sebenarnya apa yang anda miliki saat ini adalah yang terbaik, jagalah dengan sepenuh hati karna itu adalah yang akan bermanfaat untuk hidupmu.
Tuesday, August 17, 2010
Koma Nafta
Aku menyelaraskan langkahku pagi itu, pada tikungan pertama di daerah kemang aku membelokan stir kearah kanan dan parkir di depan kafe kopi tempat aku biasa menghabiskan waktu di luar jam kuliahku. Aku turun dan kala itu hujan deras, seorang pria setengah baya langsung menghampiri pintu mobilku, dia dengan sigap memayungiku dan mengikuti sampai depan pintu kafe. Tukang parkir yang setiap harinya bekerja di halaman parkir kafe kopi telah mengenalku lama sejak pertama aku menginjakkan kaki di kafe ini sekitar 5 tahun lalu saat aku masih mengenakan seragam putih abu-abu. Aku mengucapkan terima kasih dengan senyum simpul dan segera masuk pintu kafe, seorang yang ada di dalam kafe membuka pintu untukku, dan aku pun memberikan senyum simpulku lagi. Aku memilih tempat biasa, kebetulan meja di sudut ruangan yang sedikit tenang itu tidak ada yang menempati, aku duduk dan meletakkan tas selempangku di atas meja, seorang pelayan menghapiriku dan menyodorkan selembar kertas menu.
“Nggak kuliah mba?” Tanya pelayan itu ramah padaku, aku hampir mengenal semua pelayan di kafe ini, bahkan aku pun kenal dengan pemilik kafe ini.
“nggak ko, hari ini dosennya nggak enak” jawabku dengan sedikit mencibir dosen kampusku. Kala mendengar celotehan yang tidak terlalu penting dari mulutku, dia sedikit terkekeh dan lalu mengeluarkan kertas dan pulpen dari saku untuk mencatat pesananku yang sebenarnya tak pernah berbeda. “biasa aja deh, mau hot coffe sama muffin” aku menutup menu dan memutar bola mataku kearahnya yang sedang mencatat pesanan.
“nggak mau coba yang lain mba? kebanyakan kafein kan nggak bagus” selipnya sedikit mengkritik pesananku.
“hmmmm” aku pura-pura berfikir untuk menghargai sarannya, “nggak usah deh hehehe” aku sedikit terkekeh agar dia tidak tersinggung karna aku sama sekali tak mendengar saran darinya.
Sembari menunggu pesanan aku mengotak-ngatik handphoneku yang tak pernah sibuk dari telpon atau sms lagi, aku membuka gallery foto dan melihat foto-foto yang sudah ribuan kali kulihat. Tak lama pesananku datang, dan aku sedikit rileks karena tak akan ada lagi seorang pun yang akan mengganggu. Aku meletakkan handphoneku di samping cangkir hot coffe ku lalu mengeluarkan buku dan pulpen dari tas selempangku. Kali ini sungguh tak ada inspirasi, tak ada yang bisa aku tulis, ya Tuhan kemana semua imajenasiku selama satu bulan ini? Bagaimana aku bisa menjadi penulis hebat jika aku saja sudah tak menulis selama sebulan belakangan ini? Kemana semua kata-kataku yang digemari banyak orang dan dicetak para penerbit? Semua pergi, benar-benar menghilang dari otakku. Aku coba menulis sebaris kalimat, dan aku membacanya kembali, itu benar-benar tulisan yang kampungan tak sarat dengan makna, lalu aku merobek dan meremasnya. Sekarang di depanku ada ruang putih baru untuk ku menulis, aku cari kata-kata dalam otakku, tapi sungguh tak ada. Ku rasa otakku lelah, ku letakkan pulpen di atas buku dan bersandar sembari menyeruput hot coffe yang sebenarnya sudah tidak hangat lagi, sedikit lebih tenang, lalu aku menyeruputnya lagi, lagi dan hingga tinggal setengah cangkir, sedangkan aku sama sekali belum menyentuh muffinku.
Ketika aku sedang tenang, tiba-tiba handphoneku berdering dan aku sedikit tersentak, aku menggangkat tanpa melihat siapa yang menelpon.
“halo” sapaku setengah terengah
“iya” ternyata telpon dari Nafta, pacarku tersayang. “kamu dimana?” pertanyaannya dingin, dan membuatku khawatir.
“di… di kafe kopi, kenapa?” jawabku sedikit gugup, aku takut terjadi hal yang tidak aku inginkan.
“nggak kuliah?”
“nggak, aku harus selesain tulisanku buat majalah” aku mulai tenang
“oh, aku kesana ya?”
“emang kamu nggak ada kelas hari ini?”
“nggak, aku juga lagi males, aku mau ketemu kamu. Boleh?”
“boleh dong, ya udah aku tunggu ya, emang kamu dimana?”
“aku di rumah, oh iya sekalian aku pengen ngasih kertas yang waktu itu” hah kertas? Ketas apa? Aku sama sekali tidak bisa mengingatnya.
“ketras?”
Tut tut tut halah sial, sambungannya terputus, mungkin karna cuacanya sedang buruk. Tapi, ketas apa? Aku benar-banar lupa, dan parasaanku mulai tidak tenang lagi.
***
Setelah kurang lebih setangah jam menunggu akhirnya Nafta datang dan langsung mengambil kursi di hadapanku, kembali aku tersenyum simpul dan sedikit menggeser barang-barang mulikku di atas meja agar lebih leluasa. Dia duduk dengan tenang dan sejenak menatapku dalam.
“jalanan macet ya?” tanyaku basa-basi.
“nggak ko, lancar-lancar aja” jawabnya dingin sambil meraih handphoneku yang terletak di atas meja sedari tadi, dia mengutak-ngatiknya entah melihat apa, tapi kemungkinan besar dia melihat sms-sms di situ. “udah lama disini?” dia tetap melihat ke layar handphoneku.
“lumayan, sekitar satu jam yang lalu” jawabku seadanya “kamu bawa mobil?”
“nggak, tadi aku naik taksi” dia tetap konsen dengan handphoneku
“kenapa nggak bawa mobil aja?” aku sedikirt kesal, karena dia tak sedikit pun melihat kearahku saat aku bicara.
“aku tau pasti kamu bawa mobil, jadi ngapain aku bawa mobil juga? Nanti malah enggak bisa pulang bareng lagi hehe” nah, sekarang dia memutar bola matanya ke arahku dan meletakkan handphoneku di meja. Dia tersunyum khas, dengan lesung pipi yang membuatnya tampak manis, matanya yang sayu juga membuat aku sangat tenang menatapnya. “dari sini mau kemana?” tanyanya sambil menggenggam tangan kiriku yang sedari tadi tergelepar di atas meja. Dia sedikit mengelusnya, dan itu benar-benar membuatku sangat merasa damai.
“nggak tau, mungkin langsung pulang. Kamu?” dengan senyuman khas yang ku punya, senyum simpul.
“jalan-jalan dulu yuk!”
***
Mobilku melaju di jalan lembab daerah pondok indah, hari sudah petang dan Nafta terlihat konsen menyetir, aku tidak mengganggunya, aku menatap sekeliling jalan yang kita lewati. Di lampu merah lebak bulus, dia menangguhkan stir tetap lurus, padahal kan harusnya belok kiri.
“Mau kemana?” tanyaku heran.
“gapapa kan kamu pulang malam? Besok kan nggak ada kuliah” dia tetap konsen menyetir.
“Iya, tapi mau kemana?” tanyaku masih penasaran.
“Mau ngajak kamu ke puncak” jawabnya, yang ku kira dia tidak serius.
“hahaha dasar kamu, iya deh ke ujung dunia juga aku ikut asal sama kamu” aku membalas jawabnya yang aku kira bercanda. Dia pun membalasnya dengan sedikit menoleh dan tangan kirinya mengelus kepalaku.
Tak sadar perjalanan yang cukup panjang membuatku tertidur sepanjang.
“La… bangun La udah sampe” Suara Nafta membangunkanku dan jemarinya mengelus pipiku lembut.
“hem aduh maaf maaf” aku membentulkan posisi dudukku dan menyisir rambutku yang berantakan dengan jari lalu menguncirnya asal. Kulihat ke luar jendela, sepanjang pandanganku hanya ada pohon dan lampu-lampu jalan, telingaku berdengung dan aku merasa AC mobil lebih dingin dari biasa. Nafta mematikan mesin mobil dan memberi isyarat kepadaku untuk keluar. Ketika membuka pintu tiba-tiba hawa dingin menyerang tulang-tulangku, aku masih tak dapat mendeskripsikan tempat ini karena aku masih harus menyatukan arwah-arwahku yang melayang kemana-mana ketika aku tertidur. Nafta menghampiriku yang berdiri mematung di samping mobil sambil mengamati sekitar, dia melepaskan jaketnya dan mengalungkan lengan jaket di leherku sampai seluruh badan jaket membalut tubuhku.
“Ini dimana?” tanyaku sambil mengikuti langkahnya.
“hehehe” ia malah setengah tertawa sambil menuntunku, melihat jalan dengan seksama, karena jalan sedikit berkerikil. “kamu nggak liat? Masa nggak tau ini dimana?” ya Tuhan, aku melihat jejeran penjual jagung bakar, ini di Puncak. Nafta benar-benar menbawaku ke tempat ini.
“Puncak?” aku menghentikan langkah mengamati jejeran tukang jagung bakar.
“Iya hahahha, kaget ya?” dia setengah menarikku untuk melanjutkan langkah dan menuntunku duduk di salah satu kios jagung bakar.
Aku masih mengamati sekitar, apa ini mimpi atau bukan. Mengapa dia tiba-tiba membawaku ke tempat ini, setelah sekian lama aku tak pernah jalan-jaln lagi dengannya.
“heeem dingin ya?” dia menggenggam kedua tanganku dan menghangatkannya, hangat itu langsung menjilati seluruh tubuhku, dan sekarang aku merasa hangat.
“kenapa tiba-tiba kesini?” heranku dengan menatapnya dalam, mencoba mencari sedikit celah untuk mengetahui apa yang sedang ia fikirkan.
Dan tiba-tiba genggamannya semakin erat, dia mengangkat daguku dan memberi isyarat agar aku menatapnya dengan seksama, dia menrawang bola mataku melihatnya dalam, hingga aku merasa mulai khawatir. “aku…” dia memutus perkataanya dan itu membuat aku sangat penasaran, aku bergeser mendekatkan tubuhku beberapa inci agar dapat mendengarnya dengan jelas, aku tak mau melewatkan satu kata pun yang keluar dari mulutnya. “Mungkin nggak pernah sebelumnya terpikir oleh kamu, aku akan mengatakan ini” kalimat itu, begitu sempurna membuat aku tambah berkonsentrasi, menunggu ia cepat menyelesaikan apa yang ingin ia bicarakan. “ini” dia melepas genggamannya dan memberiku secarik kertas yang dilipat-lipat. Aku melihat Nafta heran dan dia bagai memerintahkan aku untuk segera membuka dan melihat ada tulisan apa di dalam kertas itu.
My dearest Lala,
Daftar kekhilafan kamu yang aku rasakan selama ini :
1. kamu terlalu banyak menghabiskan waktumu dengan kertas dan pulpen, juga dengan kata-kata yang sama sekali aku tidak mengerti. Sama sekali kamu tak mengganggap aku butuh kau perhatikan disela-sela hobimu yang satu itu, menulis.
2. dimana kau tempatkan aku? Di bagian terbawah dari teman-temanmu? Sampai aku tak terlihat ketika kamu larut dalam obrolan teman-temanmu di kampus, bercanda dan tertawa terbahak-bahak diatas aku yang sangat mengharapkan kau menghampiriku dan bertanya apa aku kesepian atau tidak?
3. Apa yang kamu fikirkan ketika kamu sedang emosi? Apa hanya aku? Hanya aku orang yang ada di otakmu untuk kau marahi ketika bertemu, untuk kau luapkan semua amarahmu, untuk kau bentak-bentak saat aku saja tak tau apa masalahmu, tapi apa kau tak berfikir aku? Aku yang juga mempunyai masalah dan sangat hancur menerima hantaman kata-kata dari marahmu itu
4. Dan apa aku harus menunggu berjam-jam disuatu tempat dengan waktu yang berulang-ulang setiap kau beralasan, “aku terjebak macet sayang”, atau kau harus mengurusi ini itu yang sama sekali aku tak mengerti. Dan ketika kau datang, apa kau tak berfikir untuk sekedar bertanya apa yang aku lakukan ketika menunggumu.
5. Dimana kau? Saat aku butuh kau mengerti bahwa aku cemburu melihat tingkah lakumu yang ramah kepada semua teman priamu, sampai mereka merasa bisa menggantungkan harapan kepadamu walau kau masih mempunyai aku.
6. Apa kau mendengar setiap laranganku? Yang hanya sekedar untuk membuatmu tidak pergi tanpa batas, aku tak mau kau pergi terlalu jauh, karena aku sangat menyayangimu
7. apa hanya dengan alasan “kamu harus percaya sama aku”? aku harus menunggu smsmu dengan lama, dan ketika smsmu masuk aku hanya mendapati barisan tulisan yang dingin, sama sekali membuatku kecewa, tak ada kata yang mencerminkan kau rindu denganku selama waktu kita belum sempat bertemu.
8. Aku hanya manusia biasa, aku tau kau begitu hebat, kau dikagumi banyak orang, kau dicintai beberapa pria dan apa kau tau? Bahkan di hawa yang sedingin ini pun aku merasa api-api cemburu menjalari seluruh tubuhku tanpa terkecuali, apa kau pernah memikirkan bahwa aku hancur melihat kelakuanmu yang tanpa batas, kau tak menganggap aku sebagaimana mestinya, dan kau tak pernah bertanya seberapa besar cinta yang ku punya untukmu. Atau kau memang sama sekali tidak ingin mengetahuinya, karena kau tidak akan pernah bahagia, ketika aku rela melakuan hal apa saja demi melindungimu.
9. apa yang kau lihat dari aku? Yang kau tau aku selalu bahagia, aku memberikan senyumku selalu untukmu, dan kau fikir aku tak punya beban seberat beban yang kau punya, aku tak memiliki emosi yang sewaktu-waktu ingin aku luapkan seperti kamu melahapku dengan amarahmu.
10. Yang kau tau aku seorang pria yang tak akan menangis, yang akan kuat dengan keadaan apapun dan tak akan sedikitpun menitihkan aitmata jika kau melakukan sesuatu sesuka hatimu. Kau kira aku tidur lelap setiap malamnya tanpa ada air mata. Dan kau perlu tau hanya kau yang membuatku begitu sakit, tapi aku sangat mencintaimu mungkin kau tak akan tau seberapa besar cinta yang kumiliki untukmu dan sama sekali tak ada keinginanku untuk mencintai orang lain selain dirimu.
With Love
Nafta
Aku beku, tak sadar sedari aku membaca surat ini airmataku mengalir dan Nafta hanya menatapku lirih. Ku lipat kembali surat itu dan ku ingat bahwa tempo hari kita sudah berjanji akan bertukar surat yang isinya semua hal yang kita tidak suka dari pasangan, dan aku lupa membuatya. Aku segera meninggalkan Nafta dan menuju mobil untuk merobek selembar kertas dari notebook ku. Ketika ku robek dan hendak aku ingin kembali ke tempat kami duduk tadi, Nafta sudah berdiri di sisi mobil.
“Mana surat untukku?” tanyanya seraya mengulurkan tangannya untuk meminta surat dariku.
Aku melipat kertas yang tadi aku robek dan aku berikan padanya. “itu daftar kesalahanmu padaku selama ini. Kamu sama sekali tak pernah berbuat salah padaku, aku tak pernah mengira bahwa aku menyakitimu begitu dalam, padahal kau memberikan kebahagiaan untukku, mungkin kau benar, aku tak kan pernah tau seberapa dalam kau mencintaiku, tapi yang aku tau kini bahwa aku sangat mencintaimu dan kau pun tak akan pernah mengira bahwa aku mempunyai cinta lebih kepadamu dari pada diriku sendiri” lalu Surya memelukku erat, aku larut dalam pelukannya, aku menangis dan aku merasa beruntung memiliki dia, aku berjanji pada diriku sendiri aku akan merubah semua kelakuanku dan aku akan mengobati luka yang telah ku buat tanpa sengaja di hati Nafta, aku tak akan rela meliahat dia terluka. Dia menyayangiku dan aku pun menyayanginya bahkan dia tak kan mengira sedalam apa cinta yang kupunya dan kesungguhan yang kupegang untuknya. Nafta I Love You So.
Saturday, July 24, 2010
Pelajaran Mencintai
Bukan dengan nilai kau menghargai seseorang.
Dan jika memang cinta sama dengan matematika, cinta akan selalu mengalikan dan membagikan nya pada semua orang dengan angka yang tak terhingga. Tapi bukan begitu cinta, cinta bagaimana dapat bertahan dengan satu dan hanya satu, tak akan ada dua tiga atau pangkat seribu untuk membaginya. Karna memang hanya ada satu, kalau pun ada dua bobotnya tak akan sama, pasti hanya ada satu yang mendominasi hati dan itu yang ku definisikan sebagai kata cinta.
Kata sederhana yang sangat rumit diungkapkan, tapi banyak orang yang mengartikannya dengan berbagai definisi. Sebenernya cinta itu intinya BERKORBAN tapi banyak yang rela melakukannya dan tak henti-hentinya melakukan hal itu hal yang sebernarnya menyakitkan.
Ku ingin mengganti kata cinta itu dengan kata yang terdefinisikan baik idak menyakitkan ataupun menyedihkan, tetapi memang tidak ada karna dia tunggal dan sangat kecil untuk dibagi lagi tetapi terlalu besar untuk ditanggung sendiri juga terlalu terang sinarnya hingga menyilaukan untuk meredupkan cacat cinta itu sendiri. dan semua tentang itu adalah hal yang tak bisa terkatakan kecuali kau tak sayang dengan bibirmu sendiri.
Friday, July 9, 2010
IT'S YOU
Saat menulis ini tak tau apa yang sebenarnya ada di sini (hati), Jika aku bilang ini adalah sebuah rasa rindu, ku rasa tidak karna aku bertemu dengannya hampir setiap hari bahkan waktu libur. Atau jika aku bilang ini adalah rasa benci, tidak juga karna perhatianku tak luput darinya.
Lama kelamaan aku merasa usaha ku benar-benar tak dihargai, dan air mataku tak ada berharganya lagi, jatuh begitu saja bahkan di hadapannya.
Adakah aku akan lelah dengan semua ini? Kemungkinan itu yang selalu membayangiku. kau begitu takut komitmen. ya kurasa seperti itu, terimakasihbanyak kau buat tempat menungguku sangat nyaman hingga kau membiarkan aku terus menunggu.
Monday, June 28, 2010
SERATUSBINTANG
Dia menggigit bibirnya sendiri seakan sakit yang dia rasakan akan sedikit menghilang, ya aku melihatnya dengan jelas. Dia yang berada di sudut ruang pesta itu, bening dimatanya nyaris menetes namun dia terus berusaha menahannya. Tak dia biarkan kelopak matanya berkedip, dia tak mau kelopaknya menyapu bening yang hampir tumpah. Apakah serapuh itu Bintang yang ku kenal? Aku tak berani menghapirinya, aku tak ingin membuatnya merasa lemah dengan iba-ku. Bintang kuat, aku sangat percaya itu. Mengapa aku sama sekali tak bisa menjadi apa yang Bintang harapkan?
Malam itu, pesta ulang tahun Noval. Bintang kenal betul siapa Noval, dia mantan-ku tepat sebelum Bintang, dia juga sahabat kecil Bintang sewaktu SD di Bandung. Entah mengapa dunia begitu sempit seakan-akan hidupku tak jauh dari masa lalu yang sangat ingin aku lupakan. Dulu aku yakin bahwa aku mencintai Noval sepenuhnya sebelum aku bertemu Bintang, aku percaya dulu Noval pria terakhir untukku sebelum aku bertemu Bintang, dan dulu aku sempat terpuruk cukup lama karna aku tau bahwa aku telah kehilangan Noval, dan itu dulu, dulu sebelum aku bertemu dengan Bintangku. Bintang yang mengangkatku, Bintang yang mangajariku bagaimana cara mencintai lagi, Bintang yang bilang bahwa lukaku bisa sembuh tanpa bekas, Bintang yang menjadi penghangatku waktu itu setelah Noval pergi dengan cepat dan meninggalkan aku tiba-tiba saat aku masih sayang padanya. Aku tau butuh waktu yang lama untuk Bintang meyakinkanku bahwa Noval bukan pria yang baik untukku, cinta sejati tak akan meninggalkan luka tiba-tiba dan pergi begitu saja. Saat itu, aku tak percaya akan ada Noval kedua di hidupku, Noval pergi dan mengambil bagian terpenting dari hari-hari yang ku punya. Noval hanya memberiku 2 pilihan kala itu, tetap mencintainya tanpa memiliki atau mati. Sebulan Noval pergi tanpa kabar, dan belum sedikitpun aku menghapus cinta untuk Noval, aku mendengar kabar bahwa Noval pacaran dengan wanita cantik teman SMAnya dulu. Aku berharap aliran darahku berhenti saja, tapi kenyataannya aku masih hidup dan dapat bernafas dengan semestinya walalu agak sedikit sesak. Dan sekarang aku ada di pesta ulang tahun Noval, setelah sekitar 1 tahun aku tak bertemu dengan Noval yang dulu milikku itu, aku tak pernah mambayangkan jika aku berada di satu tempat dengan dua orang yang dulu dan sekarang aku cintai, Bintangku dan Noval yang dulu punyaku.
Saat ini Noval ada di hadapanku dan Bintang berdiri tepat di sampingku. Aku tak berani menatap mata Novalku yang dulu, aku menggenggam tangan Bintang erat.
”Wah tamu jauh dateng juga.” Noval menyambut dengan wajah sumringah waktu aku dan Bintang masuk pintu rumahnya. Dia mengulurkan tangannya.
Bintang segera menyambut tangan Noval dan melepas tangan kiri-ku yang sedari tadi menggenggamnya erat. ”Hei Nov. Apa kabar? Sudah lama banget kita nggak ketemu ya” Manisnya, Noval tersenyum simpul dengan lesung pipi khas Novalku dulu. Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan, aku bersama kedua orang aku sayang. Aku harus berkata apa saat Noval memutar bola matanya dari Bintang ke arah-ku dan bertanya kabarku? Apa aku bilang bahwa aku belum bisa melupakannya, bahwa aku masih sayang padanya, dan aku mengharapkan kehadiaran hari-hari yang dulu bersamanya? Tak mungkin, ada Bintang sekarang bukan Noval!
”Sudahlah Put, kamu punya Bintang sekarang! Dan dia sangat menyayangimu.” aku menasehati diriku sendiri dalam hati.
Saat Noval ingin mengalihkan pandangannya dari Bintang ke arah-ku tiba-tiba saja ada yang memanggilnya dari atas panggung. Dia adalah raja dalam pesta ini, dan dia segera naik ke atas panggung. Dia tersenyum simpul lagi sebelum meninggalkan aku dan Bintangku, dan dia masih setampan Novalku yang dulu.
Aku dengar kabar bahwa Noval akan bertunangan juga malam ini, bertunangan dengan wanita yang dulu merebut Noval dari sisiku. Wanita cantik teman SMAnya. Wanita yang membuatku tidak dapat memiliki Noval lagi samapai sekarang, sampai detik ini.
Aku tak dapat berbohong, Noval masih ada disini, ada di dalam hatiku, aku tak bisa semudah itu melupakan Noval walau ada Bintang saat ini. Tuhan, apa yang harus aku lakukan, rasanya aku tak sanggup jika akan melihat Noval melingkarkan cincin di jari tangan orang lain. Dan itu bukan aku, Noval bukan milikku. Apa sebenarnya yang Noval fikirkan? Apakah dia masih sayang aku? Atau dia sudah benar-benar tak ada perasaan apapun. Apakah semudah itu Noval menghapusku dari hidupnya dari hari-harinya? Bahkan di tengah keramaian ini pun aku merasakan sepi yang begitu dahsyat.
Sekarang Noval sudah berdiri tepat di atas panggung bersanding dengan wanita cantik miliknya itu, wania yang aku anggap beruntung dapat memiliki Noval yang dulu milikku itu. Pembawa acara membacaan sebait puisi yang tak dapat aku dengar dengan jelas, sepertinya itu puisi yang menggambarkan cinta, lebih terpatnya cinta antara wanita beruntung itu dengan Noval. Aku hanya dapat melihat wajah pasangan itu yang begitu bahagia bersanding di atas panggung, aku tak mengalihkan pandanganku selain dari panggung, aku tak memikirkan apa yang Bintang rasakan saat itu berada di sampingku yang melihat masa lalu dengan penuh harap dan penyesalan. Bintang maafkan aku, aku masih sangat mencintai Novalku itu. Maafkan aku Bintang L
Acara mulai mengisyaratkan bahwa sekarang lah waktunya aku harus melihat pertunangan Novalku itu, aku melangkah maju mendekati panggung meninggalkan Bintang disudut ruang pesta itu. Aku ingin melihat dengan jelas bahwa Noval benar-benar akan pergi untuk selamanya. Entah apa yang dilakukan Bintang kala itu, aku terpaku dengan acara yang sedang berlangsung. Mulai Noval mengambil cincin dan melingkarkan di jari manis wanita beruntung itu, ”Noval, apa kau tidak ingin melihat kearahku sejenak, aku yang masih sangat menyayangimu, apa kau tak ingin tau bagaimana perasaanku melihat ini semua? Noval aku sayang kamu.” hatiku nyerocos berbicara tak terkendali, berharap Noval pun bisa mendengarnya dari atas panggung sana, tapi nyatanya tidak. Tak kusadari sedari tadi bening membanjiri pipiku. Aku menangis, dan aku tak dapat mengendalikannya. Semua orang diruangan bertepuk tangan dan airmataku semakin menjadi-jadi, aku sedikit terisak di tengah hadirin dalam ruangan itu.
Aku segera membalikan badan hendak kembali ke tempatku bersama Bintang semula, dan kala itu aku melihat Bintangku menahan beningnya, dia menatapku dalam. Dan lututku lemas, aku berusaha menopang berat tubuhku yang semakin lemas dengan keaadaan kala itu. ”Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak tau. Bintang maafkan aku, aku menyakiti kau yang tak pernah berbuat salah padaku. Maafkan aku Bintang.” Hatiku kembali nyerocos.
Saat aku segera ingn menghampiri Bintangku, dia setengah berlari keluar ruangan pesta. Aku berlari untuk mengejarnya. Aku berbuat salah, dan aku harus meminta maaf kepada Bintangku.
Dia masuk mobil, menyalakan mesin dan melaju keluar gerbang rumah Noval. Aku mengejarnya, dan di tengah jalan dia menghentikan mobilnya, aku pun menghentikan langkahku beberapa kaki dari mobil Bintang. Bintang keluar, dan dia menatapku sejenak. Lalu dia berlari menghampiriku. Dia tiba-tiba memelukku dengan erat sampai aku sulit bernafas. ”Maafkan aku” aku terisak di pelukannya. ”Maafkan aku menyakitimu, Bintang” Aku memeluknya erat. ”Aku tak tau harus bagaimana? Aku merasa sangat bersalah padamu.” Bintang melepaskan pelukannya dan menghapus airmataku. ”Apa yang harus aku lakukan untuk meminta maaf padamu?” Aku terus bertanya tapi Bintang tak sedikitpun menjawab pertanyaanku, aku melihat jelas ada bening di pipinya. Dia menangis, dan aku yang membuat orang sebaik Bintang menangis.
”Aku yakin aku sayang kamu Put.” Bintang menopang daguku, aku tak berani menatap matanya.
Airmataku menetes deras kala menatap mata Bintang yang berkaca-kaca saat dia mengatakan bahwa dia yakin di sayang aku. Bintang menatapku dalam seakan-akan tatapan mata kami saat itu dapat mengatakan semua kata yang sangat rumit untuk dikatakan.
”Aku akan mencoba keras melupakan Noval, demi kamu Tang” Ucapku
”Aku telah memutuskan mencintai kamu Put, dan aku harus menghadapi apapun resikonya. Aku hanya ingin kau tak menoleh kearah yang lain saat aku berbicara, aku ingin kau ada disini saat aku marah ataupun menangis. Aku benar-benar sayang kamu Putri. Dan aku tak bisa membohongi siapapun. Entah mengapa aku selalu bisa memaafkan semua salahmu, dan aku selalu bisa memaklumi semua perbuatanmu, dan memang parasaan itu yang saat ini ada” Dengan tenang Bintang mengatakan semua itu, dan aku tak tau harus berkata apa. Aku wanita terbodoh yang Bintang miliki. Aku ingin Bintang mendapatkan yang terbaik, mendapatkan apa yang dia inginkan, tapi aku belum bisa melakukan semua itu untuknya, karna aku teralu bodoh. Aku tak tau bagaimana cara mencintai Bintang, Bintang yang kupunya saat ini. Bintang yang benar-benar tak dapat aku gambarkan bagaimana kebaikannya. Dia sangat kuat, tapi mengapa karna aku dia terlihat begitu rapuh, bahkan aku tak sanggup memeluknya yang serapuh ini. Aku tak bisa merangkainya utuh, aku hanya bisa menghancurkannya dan meredupkan sinarnya perlahan. Aku ingin dia tau, bahwa aku sama sekali merasa tidak pantas ada di sisinya, tapi aku mencintainya. Sangat mencintainya, dan jujur aku mencintainya melebihi cintaku pada Noval, Noval yang tak pernah akan dapat aku miliki lagi. Tapi aku tak dapat mengatakannya, aku akan selalu mencintai Bintang, walau ada sejuta Bintang, aku hanya dapat mencintai Bintangku yang satu ini. Bintang sedang berdiri di hadapanku ini, Bintang yang menangis karnaku.
”Bintang, aku mencintaimu” Hanya kata itu yang mewakili semua yang aku rasaakan. ”dan maafkan aku Bintang” dan hanya sederet kaliamat itu yang dapat aku berikan, aku berharap dia tau semua apa yang aku rasakan. Bintang, bantu aku melupakan Noval, dan aku akan setia hanya padamu, bantu aku, karna aku sangat butuh bantuanmu.
Monday, June 21, 2010
Entah Esok
Dia : jangan pergi, ku mohon, aku sayang kamu.
Aku : (sangat tak tega aku mendengarmu memohon, aku menghentikan langkahku)
Dia : kenapa kamu mau pergi? Siapa yang akan mengisi ruang jemariku kelak?
Aku : (aku terenyak, luput semua kata-kata diotakku)
Dia : aku sangat yakin bahwa aku sayang kamu sepenuhnya, tapi kenapa begitu sulit membuatmu tetap ada denganku? Kau tidak mencintaiku?
Aku : (aku menatapnya dalam) dengar! Aku tak dapat berjanji apapun, aku hanya dapat katakan 'aku cinta kau saat in' tapi entah esok.
Dia : lalu kenapa kau mau pergi?
Aku : aku merasa kau wanita yang akan setia mencintaiku, itu membuatku bahagia, bahkan teramat bahagia. Tapi, bagaimana denganku? Aku bukan orang yang akan membahagiakanmu selamanya. Aku? Aku bukan pria yang setia, aku bukan orang yang akan terus mencintaimu, aku tak bisa membahagiakanmu, aku sering membuat kau menangis, aku silau akan cintamu dan sekarang aku kuncup.
Dia : alasan yang bodoh! Aku bukan akan selalu setia! Tapi aku mencoba selalu setia. Berusaha untuk tak palingkan arah darimu. Belum ada kepastian, tapi aku berusaha membuat itu pasti. Kau takut, sebelum kau mencoba! Belum sadarkah kau bahwa dicintai begitu indah. Bahwa tak ada sama sekali beban untuk mempertahankan kesetiaan. Aku pun mencintaimu saat in dan entah esok! Tp aku yakin esok pun aku tetap akan mencintaimu, dan itu yang membuatku tetap setia. Sebuah keyakinan, hanya itu, yakin kalau kita bisa setia dan membahagiakan. Jika kau tidak yakin, maka tak akan nyata semua yang kau harapkan.
Ayank,141103 @ 09:10pm
Friday, June 18, 2010
BINTANG, KAU BERSINAR SEPERTI NAMAMU
4 tahun, rekor untukku. Selama ini aku tak tahu mengapa aku bisa bertahan dengannya, atau mungkin tepatnya dia yang bertahan denganku. Waktu kami menginjak usia pacaran 2 tahun, aku merasa sudah cukup waktuku dengan satu orang ini, aku tak mau menghabiskaan waktuku hanya dengan satu orang, aku coba buat kesalahan. Coba aku berpaling, dan aku ingin tahu reaksinya. Sengaja tak aku hapus sms-smsku dengan cowo-cowo lain, dengan adik kelas, kakak kelas, bahkan dengan mantan-mantanku. Tapi belum juga dia protes, padahal dia setiap hari meminjam HPku dan membaca smsnya satu-persatu tanpa terkecuali. Aku fikir, kalau sms biasa mungkin dia tak curiga, dan sekarang aku melangkah lebih jauh, aku mulai menyelipkan kata-kata mesra, seperti sayang, miss you, love you, atau apalah yang tak wajar di sms-smsku dengan cowo-cowo itu, tapi kali ini pun aku tak menerima respon apapun darinya. Ya sudah aku jalani saja apa yang sudah aku perbuat.
Minggu demi minggu berlalu, Bintang agak sedikit jutek, kadang dia tak mau berbicara dengaku, aku fikir ya mungkin saja dia memiliki masalah. Aku membantunya semampuku, genap satu bulan, dia mulai memecahkan kebisuannya selama ini. Dia ingin berbicara denganku sepulang sekolah. Aku kira dia akan menyudahi hubungan kita, tapi ternyata aku sangat tak menyangka.
Sepulang sekolah dia membawaku dengan motornya ke suatu tempat yang sebelumnya aku tak pernah tau, kita diam beberapa belas menit, lalu Bintang mengeluarkan sepatah kata dari mulutnya.
“Kamu sayang aku?” singkat dan membuatku bingung harus menjawab apa.
“Kenapa? Kamu nggak percaya?” Jawabku apa adanya.
“Ko balik Tanya?” Bintang merasa pertanyaannya belum terjawab.
”Kamu kenapa? Akhir-akhir ini kamu aneh! Aku mau kamu yang dulu!” Jawabku tanpa melunasi pertanyaannya.
”Dengar! aku cape sama semua yang kamu lakuin! Kamu nggak ngerti perasaan aku, aku bebasin kamu, bukan berarti kamu tanpa batas!” sebelumnya tak pernah Bintang berbicara seperti itu, dia orang yang dewasa, tapi sekrang dia merengek bagai anak kecil. “Kau tau, waktuku habis untuk mengenalmu!” suaranya naik satu oktaf. “Tapi tak sedikitpun kau menyelami rasa sayang ini, atau sedikit hanya membuatku merasa dicintai!” Tambahnya makin menjadi-jadi.
“kenapa kamu tetap mencintaiku?padahal kamu tau belum juga aku dapat membuatmu bahagia?!!” aku tau kata-kataku menyakitinya, dia terdiam beberapa detik dan matanya mulai berkaca-kaca. “Selama ini aku membuka kuncimu, tapi tak juga kamu pergi dariku. Padahal aku tau kau tersakiti selama ini!” setiap hendak ia mulai berbicara, aku selalu memotong kata-katanya. ”Aku masih butuh main-main! kau membawaku selalu serius tanpa ada waktu istirahat untuk kita tidak saling mencintai!”.
“oke terimakasih.” Suaranya sangat rendah sampai nyaris tak terdengar.
“Satu lagi, aku muak dengan kesetiaanmu. Tak pernah ada masalah! tak ada cacat dari cintamu! dan aku bosan!” ternyata kata-kataku membuat Bintang menyeka kantung matanya yang tak dapat lagi menahan airmatanya. “Seharusnya cintamu bukan untukku Bintang! Kau terlalu sempurna, cintamu membuat aku merasa terpenjara. Tapi, selama ini tak ada alasan untukku menyalahanmu dan menyudahi hubungan kita!” entah mengapa kata-kata ku yang seharusnya membuat Bintang tambah emosi malah meredakan amarahnya yang semula terlihat. “Bukan Bintang!!! Kamu itu tak pantas mencintaiku. Bukan berarti aku tak mencintaimu, tapi aku tak bisa selalu mencintaimu seperti apa yang kamu lakukan selama ini!” saking emosi, airmataku menetes perlahan. “Bintang! cintamu terlalu sempurna selama ini. Sebenarnya kau membuat aku merasa sempurna juga. Tapi……………………” kata-kataku terpotong oleh bayangan di otakku sendiri. “Hah…! Sudahlah, aku tak pandai berkata-kata sepertimu!” aku meninggalkannya sendiri di tengah taman.
###
Malam setelah aku mengeluarkan apa yang aku rasakan selama ini pada Bintang, aku tak bisa tidur. Dan berhari-hari tidurku selalu terjaga di tengah malamnya.
Sampai satu malam aku terjaga lagi, di luar hujan deras, aku melihat ke sisi HPku. One new message from Bintang.
Bintang
01-Nov-2009 23:01
Assalamualaikum
Bagaimana kabarmu Put? Malam ini genap setengah bulan aku tak menggangumu. Bagaimana? apa nafasmu lebih leluasa?
Baru aku ingin membalasnya, ada SMS masuk lagi.
Bintang
02-Nov-2009 00:30
Aku hargai sikapmu put. Buat hidupmu lebih berfariasi tanpaku. Dan aku akan meninggalkan mu. Terima kasih atas waktumu selama ini. Walau kau tak sepenuhnya mencintaiku, tapi kau buat aku sama sekali tak merasa sia-sia mengenal dan menyayangimu. Kau tak akan terlupakan Put, tapi aku ikhlas jika kamu akan menghapus semua tentang kita.
Dan aku mulai mengetik kata demi kata dengan tangan gemetar dan airmata yang meneter perlahan.
Bintang
02-Nov-2009 00:42
Bintaaaang, aku tak tau apa yang aku rasakan, tapi yang jelas kini berbeda dengan apa yang aku rasakan biasanya. Kau membuat aku meneteskan airmata. Aku tak mau kau pergi dan meninggalkanku. Aku Ingin kau tidak akan menyerah sekalipun aku tak bisa jadi pa yang kau inginkan. Ternyata aku menangisi kepergianmu juga. Aku minta maaf. Beri aku kesempatan untuk mengubah semuanya, aku akan coba semampuku untuk memberikan semua cintaku padamu, seperti apa yang kau lakukan dan harapkan selama ini.
Message delivered
Bintang
02-Nov-2009 00:42
Tapi Bintang tak juga membalasnya. Ya Tuhan, malam itu bagai aku terbakar oleh api-api yang selama ini aku mainkan. Ternyata sangat manas dan menyengat lebih dari apa yang pernah aku bayangkan.
Dan itulah, 2 tahun silam mengajarkanku dan memberitahukan bahwa Bintang adalah pria terakhir di dunia untukku. Dan 4 tahun dengannya tak memenjarakanku tapi membuat warna baru. Bahkan lebih banyak warna lagi. Dengan kata lain dia malaikat yang dikirim Tuhan untukku. Detik demi detiknya tak terbayarkan emas manapun. Bintang adalah seseorang yang terus menjaga hatiku tanpa lelah, dan itulah cinta. Karna cinta tak lain dan tak bukan adalah pengorbanan.
Bintang, hmmm…. Bersinar seperti namanya, memiliki lebih dari satu sudut seperti waktunya untukku, 2 sisinya telah mengisi hari-hariku dengan warna. Warna yang lebih banyak, lebih dari apa yang diberikan dunia untukku. Aku fikir dia akan menjadi masa depanku, tapi Bintang datang lebih cepat, dan sesungguhnya dia membawa kebahagiaan lebih cepat juga. Tuhan membawaku padanya, dan itu anugrah yang mahal dan berkilau.
Ayang Sri Rahmayanti. Senin 02 November 2009
Sunday, March 28, 2010
Wanita Yang Menjaga Hati
Untuk pertama kalinya aku melihat ayahku bercerita dengan air mata, saat aku bertanya,
Aku : Ayah, hari ini Bintang membuat satu wanita lagi menangis, aku kapok pacaran!
Ayah : kau hapus air matanya?
Aku : tidak! Bintang benci wanita cengeng! Bintang bingung kenapa wanita menangis?
-saat itu ayahku berfikir agak lama-
Aku : kenapa? Ayah pun tak mengerti bukan?
Ayah : kamu yang tidak mengerti!'' (suaranya naik satu oktaf)
Aku : ayah bisa bilang begitu karna ibu memang tak suka menangis! Jadi ayah tak perlu repot-repot menghadapi wanita cengeng, seperti pacar-pacarku!
Ayah : mengapa wanita menangis pertanyaan yang tak pantas kamu keluarkan!
Aku : karna ayah tidak bisa menjawabnya kan?
Ayah : sebagai laki-laki kamu harus mengerti, Allah menciptakan hawa dari rusuk adam, agar ia terus menjaga hati sang adam. Mereka lemah dengan air mata mereka, dan kau jangan pernah membuat mereka meneteskan air mata! Kau tau, bagaimana mereka memiliki tanggung jawab yang istimewa? Sesering apa kau menyakiti mereka? Tak kau bayangkah bila ibumu juga tersakiti? Aku yakin kau akan sangat membenciku, bila itu memang terjadi. Kau tau? Wanita mencintai dengan hati mereka! Tapi kita sebagai pria , yang cuma bisa mencintai memakai otak! Aku tak sanggup jika ibumu menangis, karna itu aku selalu berusaha tidak membuat ia meneteskan air mata, karna ia penjaga hatiku. Tidaklah kau merasa malu, jika kau buat wanita menangis?
Aku..... Aku..... Hmmm.
Aku Bintang, seorang pria yang sangat bodoh, telah membuat banyak wanita menangis karna kesalahanku. Padahal ia kelak adalah ibu dari anak-anakku, dan seorang yang akan selalu menjaga hatiku.
'mengapa wanita menangis'
'karna mereka mencintai dengan hati'
Ayang . 121009
first entry
good luck for myself :))))