Dear Lisa, (15 Juni 2009)
Happy 3rd years annive manis :)
banyak kesabaran dan pelajaran selama bersamamu
aku bisa merangkai kata pun salah satu nya.
3 tahun yang tak pernah kulupa,
Lisa, aku akan selalu sayang kamu.
Selepas SMA mungkin kita berbeda kota tempat tinnggal, tetapi kita tak berpisah Lis.
Aku sangat menyayangimu.
with love,
Rere
------------------------
LISA
Secarik surat sederhana yang menumpahkan air mata bahagia ini adalah hadiah Rere, dia priaku saat aku masih menjadi wanitanya. Hari ini dikalenderku tanggl 15 Juni 2011, mungkin sama seperti yang tertulis di kalender Rere, tapi tak ada lagi surat sederhana, dan tak ada lagi senyuman manis Rere, yang hingga detik ini aku anggap masih sebagai priaku.
Re, andai kau tau setiap tahun ketika tanggal 15 Juni berulang di kalenderku, aku membaca surat sederhanamu, membayangkan kau ada di hadapanku dengan senyum bahagia. Lepas 2 tahun kau pergi, kau menemukan kebahagiaanmu yang lain, aku tak dapat menemukan apapun yang dapat ku anggap lebih membahagiaakan darimu. Nyatanya aku masih hanyut dalam biru di malam hari, Re, kau membawa udaraku, kau ambil dan sampai sekarang kau tak menggantinya.
Hari ini, di sudut kamar dengan masih sembab memeluk surat sederhanamu aku kembali kehilangan oksigen, aku berusaha keras mencarinya, ini terjadi setiap tahunnya. Dua tahun ini apa kau tak memikirkanku sama sekali, kau melupakan Tiga tahun bersamaku, saat kau bilang aku mengajarimu banyak hal.
Rere, kau priaku bahkan hingga detik ini. Re, aku sangat ingin melihat kebahagiaanmu tetapi aku tak sanggup. Wanita itu, wanitamu sekarang ini, dia yang mengganti posisiku lepas dua tahun ini. Kau terlihat bahagia re, bahkan senyummu lebih lebar sajak bersama wanita itu, aku cemburu. Aku hanya sanggup berjalan kosong.
----------------------
Dear Rere,(15 Juni 2009)
Happy anniversarry sayang ku pria ku segalanya :*,
aku bahagia bersamamu, selalu bahagia.
tak banyak kata-kata re, aku hanya bingung bagaimana caranya bilang bahwa I love you so badly darling. Love you
Your Lady, Lisa
-----------------------
RERE
Maaf Lisa, tak akan ada surat-surat ucapan selamat. Maaf Lisa, aku meninggalkanmu, aku tak bisa mengatakan bahwa kau terbaik. Hanya maaf. Mungkin terdengar sangat tak bertanggung jawab, tapi hanya itu yang ku punya.Kau salah memberi kepercayaan kepadaku, aku minta maaf. dan aku tak pernah menyayangimu.
Tuesday, August 23, 2011
Thursday, August 4, 2011
airmata
Izinkan air mata bercerita saat waktu memutar kebahagiaannya.
Disaat yang sama dia tak bisa membedakan apa yang patut disyukuri dan disesali.
Ada sesuatu yang perlu disesali, dan ada yang tak perlu disyukuri.
Mencoba setiap waktu mengingat tetapi benar-benar tak terekam di otak.
Bantu sesuatu yang ingin diungkapkan, tetapi sudah tak mungkin dimengerti.
Peliknya roda kehidupan, berputar maju mundur.
Mencoba dan selalu begitu, apapun yang terjadi tak elak menjadi suatu yang dipaksakan disebut terbaik.
Mensyukuri sesuatu yang tak perlu disyukuri hanya sekedar menjadi penghibur diri, tak lebih dari kata sekedar.
Patutkah ia bercerita?
Patutkah ia menyanding diri dengan kebahagiaan?
Berilah iba walau sekedarnya, air mata juga butuh dituliskan untuk dimengerti
Friday, July 22, 2011
Tujuan
Tidak ada keadaan terburuk dari saat kau menithkan bening.
Dan tak ada yang lebih berharga saat kau bejuang dengan dibanjiri peluh.
Aku dapat memahami dengan baik saat organ sempit tak bersekat bernama hatimu bicara.
Bahkan dapat kupisahkan beningmu dengan air hujan ketika kau menangis bersama langit.
Berjuta kali ku rangkai kalimat berbeda untuk memujimu, menjaga, dam menguncimu.
Biarkan hatimu meminpin disetiap kesempatan otakmu beristirahat.
Sayang, bisakan kau beriku sedikit celah untuk mengendalikamu?
Aku hanya ingin mengubah satu rasa yang kau fikirkan,
hanya menjadi yang kau rasakan.
Ku selipkan bahasa tubuh yang bermakna haru, hana berharap kau merasakan, bukan iba.
Bahkan aku sering kali memutar otak mencari sepatah kata yang dapat kau pahami dengan beberapa lembar definisi.
Tak habis kuandai-andai tentang satu tempat disana, satu tujuan perjalanku saat ini.
Entah aku tesesat atau tidak.
Aku tidak keliru tentangmu.
Sayang, ajari aku menempatkan kata "sekedarnya". mungkin aku keliru tentang kata itu.
Dan tak ada yang lebih berharga saat kau bejuang dengan dibanjiri peluh.
Aku dapat memahami dengan baik saat organ sempit tak bersekat bernama hatimu bicara.
Bahkan dapat kupisahkan beningmu dengan air hujan ketika kau menangis bersama langit.
Berjuta kali ku rangkai kalimat berbeda untuk memujimu, menjaga, dam menguncimu.
Biarkan hatimu meminpin disetiap kesempatan otakmu beristirahat.
Sayang, bisakan kau beriku sedikit celah untuk mengendalikamu?
Aku hanya ingin mengubah satu rasa yang kau fikirkan,
hanya menjadi yang kau rasakan.
Ku selipkan bahasa tubuh yang bermakna haru, hana berharap kau merasakan, bukan iba.
Bahkan aku sering kali memutar otak mencari sepatah kata yang dapat kau pahami dengan beberapa lembar definisi.
Tak habis kuandai-andai tentang satu tempat disana, satu tujuan perjalanku saat ini.
Entah aku tesesat atau tidak.
Aku tidak keliru tentangmu.
Sayang, ajari aku menempatkan kata "sekedarnya". mungkin aku keliru tentang kata itu.
Monday, July 11, 2011
Ayang's Blog: BINTANG, KAU BERSINAR SEPERTI NAMAMU
Ayang's Blog: BINTANG, KAU BERSINAR SEPERTI NAMAMU: "Genap 4 tahun aku menjalin hubungan dengan Bintang, dia seorang pria yang sabar dan ia tahu kapan harus marah. Selama berpacaran kami tak ja..."
Monday, June 6, 2011
Percaya
Percayalah lalu semua akan beres.
Aku tak suka berusaha mempercayai, karna aku kadang mendapatkannya cuma-cuma pada orang yang jujur.
Apa mungkin kau menjadikan ini pegangan, percayalah, aku tak seperti itu.
Sebuah yang lebih dari kebahagiaan, lalu apa lagi yang lebih penting? tidak ada.
Seperti itu kah kau bilang, lalu seperti yang kau maukah aku harus bersikap. Tidak ku rasa. Maaf, hanya sekedar pemikiran, aku mempunyai prinsip.
Sudah terlihat bahwa ini semua mempunyai alasan, sepertinya menjadi bukan suatu hal yang tulus lagi. Mau diapakan? memang ini yang terjadi, dan pasti yang terbaik.
Jadi aku mudah saja, jadi kamu pun tak sulit. Kita hanya memutar otak untuk mengartikan dan memahami teori, padahal aplikasi nya yang ditunggu-tunggu.
Sekarang, mengemis seperti apa yang kau inginkan? aku tak bisa mengemis seperti dulu. Maaf, tapi memang ini yang terjadi.
Kau berjalan saja, aku bahagia melihat perjalanmu, sangat menyenangkan. Jika aku adalah kamu, aku pasti bahagia sekali, tapi sayangnya bukan.
Mari aku beri tau apa rasanya jika menjadi aku! Aku seorang pengarti jadi ajari aku memahami, aku seorang khawatir, apa kau punya kejujuran? hanya tunjukan saja lah pada ku. Bagaimana? memang tak begitu menyenangkan menjadi orang lain.
Jika aku seorang pemikir, artinya kau adalah seorang yang ditunggu-tunggu.
Aku tak suka berusaha mempercayai, karna aku kadang mendapatkannya cuma-cuma pada orang yang jujur.
Apa mungkin kau menjadikan ini pegangan, percayalah, aku tak seperti itu.
Sebuah yang lebih dari kebahagiaan, lalu apa lagi yang lebih penting? tidak ada.
Seperti itu kah kau bilang, lalu seperti yang kau maukah aku harus bersikap. Tidak ku rasa. Maaf, hanya sekedar pemikiran, aku mempunyai prinsip.
Sudah terlihat bahwa ini semua mempunyai alasan, sepertinya menjadi bukan suatu hal yang tulus lagi. Mau diapakan? memang ini yang terjadi, dan pasti yang terbaik.
Jadi aku mudah saja, jadi kamu pun tak sulit. Kita hanya memutar otak untuk mengartikan dan memahami teori, padahal aplikasi nya yang ditunggu-tunggu.
Sekarang, mengemis seperti apa yang kau inginkan? aku tak bisa mengemis seperti dulu. Maaf, tapi memang ini yang terjadi.
Kau berjalan saja, aku bahagia melihat perjalanmu, sangat menyenangkan. Jika aku adalah kamu, aku pasti bahagia sekali, tapi sayangnya bukan.
Mari aku beri tau apa rasanya jika menjadi aku! Aku seorang pengarti jadi ajari aku memahami, aku seorang khawatir, apa kau punya kejujuran? hanya tunjukan saja lah pada ku. Bagaimana? memang tak begitu menyenangkan menjadi orang lain.
Jika aku seorang pemikir, artinya kau adalah seorang yang ditunggu-tunggu.
Monday, May 16, 2011
CeritaBintang
Aku baru menginjak usia 18 tahun. Di dunia aku adalah pemeran baru, tetapi aku berperan layaknya profesional. Aku pria, bukan berarti aku tak mengerti kekecewaan. Aku mengizinkan seseorang mengendalikan hari-hariku, mengizinkannya menjadi suatu yang lebih penting dari diriku sendiri, dan aku mengizinkannya membawa sebongkah kabahagiaan dari hatiku, aku membaginya dengan ikhlas. Dia menyempurnakanku sebenarnya, dan bahkan aku tak mengetahui bahwa sebagian kekuatanku ada padanya. Aku terbawa peliknya memiliki, aku mengetahui tetapi aku tak menghiraukan, hati ku marah, tetapi ku diam dan mengizinkannya.
Aku pria, beningku bukan airmata, kecewaku buka sebuah bangkangan, bahkan rengekan bukanlah suatu yang menggambarkan tak ikhlas. Mengertilah, aku bukan seorang yang lemah,semua himpitan masalah tak begitu saja aku rangkaikan menjadi sebuah tuntutan, karna seorang itu, aku sangat mencintainya.
Aku tak ingin menyadari bahwa ia mengecewakan, aku bahkan tak ingin menyudahi, aku menjadi lemah tanpa ku sadari. Aku tak bercerita banyak, aku tau hanya aku tak ingin kau sadar akan keberadaanmu yang sangat berarti .
Kau memegang kepercayaan bukan maksud untuk menjadikanmu penguasa, Putri mengertilah, aku menyayangimu, aku Pria hargailah, aku mengerti kekecewaan,ketahuilah kadang aku menangis, Berilah aku celah untuk mencintaimu dan berilah aku cinta tulusmu. 4 tahun ini aku habiskan untuk mengenalmu. Bukan waktu sebentar, aku serius.
Dan aku, menitihkan bening saat menyadari seorang yang ku punya tidak menyadari itu. Aku Bintang.
Aku pria, beningku bukan airmata, kecewaku buka sebuah bangkangan, bahkan rengekan bukanlah suatu yang menggambarkan tak ikhlas. Mengertilah, aku bukan seorang yang lemah,semua himpitan masalah tak begitu saja aku rangkaikan menjadi sebuah tuntutan, karna seorang itu, aku sangat mencintainya.
Aku tak ingin menyadari bahwa ia mengecewakan, aku bahkan tak ingin menyudahi, aku menjadi lemah tanpa ku sadari. Aku tak bercerita banyak, aku tau hanya aku tak ingin kau sadar akan keberadaanmu yang sangat berarti .
Kau memegang kepercayaan bukan maksud untuk menjadikanmu penguasa, Putri mengertilah, aku menyayangimu, aku Pria hargailah, aku mengerti kekecewaan,ketahuilah kadang aku menangis, Berilah aku celah untuk mencintaimu dan berilah aku cinta tulusmu. 4 tahun ini aku habiskan untuk mengenalmu. Bukan waktu sebentar, aku serius.
Dan aku, menitihkan bening saat menyadari seorang yang ku punya tidak menyadari itu. Aku Bintang.
Monday, May 9, 2011
Hati
Memasuki musim hujan, sepertinya akan tersadar bahwa jejak akan terhapus meski enggan.
Musim ini selalu ku suka, aku selalu suka hujan dan aku suka semua tentang musim ini.
Peliknya hidup dan tentang semua kenyataan, detak-detik jarum jam yang berputar akan terus menjadi saksi bergantinya musim.
Bahagia - kehilangan - dan lalu bahagia lagi - seketikanya lalu melupakan.
Dimana sebuah detik untuk berdiam akan mengartikan lebih dalam, tentang kehidupan dan oksigen.
Sebutlah satu nama, sayangilah dan selamatkan dari peliknya alur skenario Tuhan.
Dia adalah Aku. selamatkanlah dirimu sendiri.
Kadang mulut langcang bercerita padahal tak mengetahui, lalu berdiamlah, sesaat kemudia kau akan mendengar serangkai kalimat sempurna dari hatimu, organ yang berada di sekitar rusuk yang diberikan Tuhan.
Hatimu tak pernah bohong, bahkan tentang kebohongan sekalipun.
Hatimu jujur dalam pengkhianatan, hatimu tak akan pernah sakit jiki kau tidak pernah mengizinkan siapapun untuk menyakitinya, Hatimu indah dan kuat. Hargailah.
bahkan jika kan tau, didalah hatimu ada bening yang sebenarnya, bening ikhlas.
Pelajaran yang tak pernah kau selesaikan sampai tua.
Musim ini selalu ku suka, aku selalu suka hujan dan aku suka semua tentang musim ini.
Peliknya hidup dan tentang semua kenyataan, detak-detik jarum jam yang berputar akan terus menjadi saksi bergantinya musim.
Bahagia - kehilangan - dan lalu bahagia lagi - seketikanya lalu melupakan.
Dimana sebuah detik untuk berdiam akan mengartikan lebih dalam, tentang kehidupan dan oksigen.
Sebutlah satu nama, sayangilah dan selamatkan dari peliknya alur skenario Tuhan.
Dia adalah Aku. selamatkanlah dirimu sendiri.
Kadang mulut langcang bercerita padahal tak mengetahui, lalu berdiamlah, sesaat kemudia kau akan mendengar serangkai kalimat sempurna dari hatimu, organ yang berada di sekitar rusuk yang diberikan Tuhan.
Hatimu tak pernah bohong, bahkan tentang kebohongan sekalipun.
Hatimu jujur dalam pengkhianatan, hatimu tak akan pernah sakit jiki kau tidak pernah mengizinkan siapapun untuk menyakitinya, Hatimu indah dan kuat. Hargailah.
bahkan jika kan tau, didalah hatimu ada bening yang sebenarnya, bening ikhlas.
Pelajaran yang tak pernah kau selesaikan sampai tua.
Saturday, May 7, 2011
Ruang
Dini hari ia terjaga, mengusap keringat yang semalaman menyelimutinya.
Bunga tidur membuatnya tak nyenyak, terhentak dan berfikir.
Ia mengingat-ingat apa yang terjadi di mimpinya, tetapi gelap dan tak terekam diotaknya.
Dapat ku ceritakan sesuatu, apa yang membuatnya takut. Adalah sebuah kata tentang makna yang dalam.
Adalah "kehilangan". Ketika terjadi dan tiba-tiba memutar roda kehidupan, adalah kehilangan.
Merasakan rindu yang kian malam kian menukik. Betapa peliknya hidup, tak dapat hanya bercerita tentang kebahagiaan. Merasakan pendiritaan salah satunya.
Yang ia tau hanya takut, dan itu sama sekali tak mengobati perihnya kehilangan.
Suatu saat pasti akan terjadi, suatu ketika tak guna hanya mendengarkan suara yang mengalun, hidup menuntut pikiran yang lebih dari itu, rasa yang ada di paling dalam bagian organ tubuhmu.
Suatu kebahagiaan ketika dapat merangkai kata-kata indah, dilihat dan disukai banyak hati.
Aku hanya mencoba bercerita dengan cara berbeda, memberi kesan pada arti sebuah kehidupan, juga dengan cara yang berbeda. Apa yang dapat aku bagi? tak lebih hanya tentang pemikiran, hidup tak dapat terangkai hanya dalam berlembar-lembar tulisan.
Jika kau dapat rasakan artinya, cukup ruang sempit tak bersekat bernama hati yang berperan untuk memahaminya.
Monday, May 2, 2011
MelukisLangit
Senja yang mengenang suatu cerita
Siapa yang akan menegaskan warnanya, biarlah seperti itu
Senja dengan warna larut.
Biarlah bias, biarlah merangkai warna pelangi setelah mendung
Suatu ketika akan kurindu, senja yang pernah ku gambarkan
Ketika lusa berganti dengan warna lain, berganti perhiasan malam
Ketika ini aku bicarakan suatu tentang langit dan mutiaranya
digambarkan dalam imajenasi tanpa batas, menembus ruang tak terlihat dengan mata
Senja, kurangkai berbingkai-bingkai hiasan, bentuk begitu berartinya kau untukku, sebagai penghias langit
ketika kata berbicara tentang keindahanmu.
Friday, April 22, 2011
jujur
seseorang di dalam hidupku,
kala lelah mulutnya lelah bercerita, aku menerawang jauh dari matanya,
matanya jujur berkata kepadaku,
dia bercerita bangga, dia beruntung dan aku bahagia,
hidupnya sederhana, aku menuntunmu,
lepaslah peluhmu di pundakku ini, aku ingin bersamamu seumur hidupku,
dunia tak harus adil,
aku menyadari, aku mengerti, tetapi aku tak hendak perduli, dan beranjak membantu,
itu lebih baik, lebih bijak, dan bukan omong kosong, aku melanjutkan dengan optimis, jika mereka tak kunjung mengerti biarlah, biarlah mereka tetap bersama ketidaktauan, mari kita berjalan, selepas angin yang menyalamkan bahagia, setelah itu kita tertawa, barulah mereka mengerti,
sayang, engkau akan tau , aku menyukai keapaadaanmu
kala lelah mulutnya lelah bercerita, aku menerawang jauh dari matanya,
matanya jujur berkata kepadaku,
dia bercerita bangga, dia beruntung dan aku bahagia,
hidupnya sederhana, aku menuntunmu,
lepaslah peluhmu di pundakku ini, aku ingin bersamamu seumur hidupku,
dunia tak harus adil,
aku menyadari, aku mengerti, tetapi aku tak hendak perduli, dan beranjak membantu,
itu lebih baik, lebih bijak, dan bukan omong kosong, aku melanjutkan dengan optimis, jika mereka tak kunjung mengerti biarlah, biarlah mereka tetap bersama ketidaktauan, mari kita berjalan, selepas angin yang menyalamkan bahagia, setelah itu kita tertawa, barulah mereka mengerti,
sayang, engkau akan tau , aku menyukai keapaadaanmu
Wednesday, March 30, 2011
Bintang >4
beralih dari jalur yang sedang kulalui, sejenak berhenti dan merangkai cerita baru.
aku melihat sesosok wanita di ujung jalan, wajahnya sendu
ia menunggu lama sekali,
berjam-jam tak juga ada yang menghampiri,
esok pagi, wanita itu ada di tempat biasa, dengan wajah lebih sendu dari kemarin, matanya sembab, ia menangis semalaman,
kali ini ia tidak menunggu lama, ia hanya sebentar lalu pergi
lusa ketikanya, ia tak ada di ujung jalan, tak ada wajah sendunya,
aku bersiap hendak melanjutkan perjalanan, ku anggap episode ini tak begitu menarik.
hendak aku berlalu seketika itu ada yang menahanku, rasa ingin tau akan wanita sendu itu, aku menunggunya
dari kejauhan tampak yang kutunggu itu makin menghampiri, wajahnya seperti biasa
ia duduk di sebelahku, aku diam,
wanita itu pun diam,
selang beberapa belas menit, wanita itu meneteskan air mata, sepertinya pedih sekali, aku beranjak peduli
"mengapa kamu menangis?"
ia menyeka bening dari pipinya lalu menoleh kearahku, "aku berhenti"
"memang hendak kemana?"
matanya menerawang jauh, "tidak tau, aku sudah cukup lama disini, awalnya aku terus berjalan dengan optimis, lalu aku tak bisa lagi, tak ada kekuatan setelah masa depanku pergi, dan bodohnya aku mengizinkan dia pergi"
"mengapa tidak kau mencarinya?"
"aku takut, aku takut ia telah menjadi masa depan orang lain, dan mau tidak mau itu takdir yang harus aku terima, aku terlalu mencintainya hingga aku bukan apa-apa sekarang"
aku jadi teringat bahwa aku dalam proses mengantar masa depanku untuk kembali ke tempatnya, dan aku memutuskan melanjutkan perjalanan ini sendiri, tanpa masa depan.
aku melihat sesosok wanita di ujung jalan, wajahnya sendu
ia menunggu lama sekali,
berjam-jam tak juga ada yang menghampiri,
esok pagi, wanita itu ada di tempat biasa, dengan wajah lebih sendu dari kemarin, matanya sembab, ia menangis semalaman,
kali ini ia tidak menunggu lama, ia hanya sebentar lalu pergi
lusa ketikanya, ia tak ada di ujung jalan, tak ada wajah sendunya,
aku bersiap hendak melanjutkan perjalanan, ku anggap episode ini tak begitu menarik.
hendak aku berlalu seketika itu ada yang menahanku, rasa ingin tau akan wanita sendu itu, aku menunggunya
dari kejauhan tampak yang kutunggu itu makin menghampiri, wajahnya seperti biasa
ia duduk di sebelahku, aku diam,
wanita itu pun diam,
selang beberapa belas menit, wanita itu meneteskan air mata, sepertinya pedih sekali, aku beranjak peduli
"mengapa kamu menangis?"
ia menyeka bening dari pipinya lalu menoleh kearahku, "aku berhenti"
"memang hendak kemana?"
matanya menerawang jauh, "tidak tau, aku sudah cukup lama disini, awalnya aku terus berjalan dengan optimis, lalu aku tak bisa lagi, tak ada kekuatan setelah masa depanku pergi, dan bodohnya aku mengizinkan dia pergi"
"mengapa tidak kau mencarinya?"
"aku takut, aku takut ia telah menjadi masa depan orang lain, dan mau tidak mau itu takdir yang harus aku terima, aku terlalu mencintainya hingga aku bukan apa-apa sekarang"
aku jadi teringat bahwa aku dalam proses mengantar masa depanku untuk kembali ke tempatnya, dan aku memutuskan melanjutkan perjalanan ini sendiri, tanpa masa depan.
Friday, March 25, 2011
Bintang >3
Kasih sayang yang sebenarnya tak pernah kau rasakan lebih dari ini.
Walau belum siap untuk terjatuh, tetapi aku berani mengambil keputusan untuk terus mendaki.
Bagaimana denganmu Bintang? apa kau percaya padaku? aku akan membuat kau percaya.
"Apa kau masih ingat Bintang, saat pertama kali kita saling menyukai, saling merasa nyaman, dan mulai saling takut kehilangan? kau harus mengingatnya selalu agar dapat kau hargai seperti aku menjada harta perjalananku ini, Bintang mari kita mulai kembali apa yang sudah pernah kita akhiri" Perasaan ini kah yang harus selalu berdebat di dalam ruangan sempit tak bersekat, hati. Aku takut kehilangan, walau tak tau benar atau tidak. Aku ragu dengan ini, tetapi selalu ku coba yakini. Bintang bantu aku.
======
Aku meninggalkan Bintang, lagi. Ia kembali menghela nafas, berkata sabar kepada harinya tak tak ku tau seberapa hancur. Bintang, aku kembali menyakitimu, aku merusak semua janjiku sendiri, hanya tak selang dari beberapa bulan saja. Mungkin kau lelah, dan aku juga seperti itu. Maaf aku belum bisa memperbaiki hatimu, dan belum bisa mengubah keadaan terlalu jauh. Bintang, kau menangis, aku pun begitu, kau kecewa, maaf. Apakah kau ingin kembali? aku akan mengantarmu, maaf.
======
Memang aku belum siap untuk serius, belum. Apa yang harus aku mengerti dari air mata u yang kerap kali menetes atas kesalahanku? Bintang, kumohon berhentilah menangis, bicaralah tentang apa yang kau rasakan, entah mengapa aku tak bisa merasakan itu. Bintang, aku sayang padamu, maaf.
continue.....................
Walau belum siap untuk terjatuh, tetapi aku berani mengambil keputusan untuk terus mendaki.
Bagaimana denganmu Bintang? apa kau percaya padaku? aku akan membuat kau percaya.
"Apa kau masih ingat Bintang, saat pertama kali kita saling menyukai, saling merasa nyaman, dan mulai saling takut kehilangan? kau harus mengingatnya selalu agar dapat kau hargai seperti aku menjada harta perjalananku ini, Bintang mari kita mulai kembali apa yang sudah pernah kita akhiri" Perasaan ini kah yang harus selalu berdebat di dalam ruangan sempit tak bersekat, hati. Aku takut kehilangan, walau tak tau benar atau tidak. Aku ragu dengan ini, tetapi selalu ku coba yakini. Bintang bantu aku.
======
Aku meninggalkan Bintang, lagi. Ia kembali menghela nafas, berkata sabar kepada harinya tak tak ku tau seberapa hancur. Bintang, aku kembali menyakitimu, aku merusak semua janjiku sendiri, hanya tak selang dari beberapa bulan saja. Mungkin kau lelah, dan aku juga seperti itu. Maaf aku belum bisa memperbaiki hatimu, dan belum bisa mengubah keadaan terlalu jauh. Bintang, kau menangis, aku pun begitu, kau kecewa, maaf. Apakah kau ingin kembali? aku akan mengantarmu, maaf.
======
Memang aku belum siap untuk serius, belum. Apa yang harus aku mengerti dari air mata u yang kerap kali menetes atas kesalahanku? Bintang, kumohon berhentilah menangis, bicaralah tentang apa yang kau rasakan, entah mengapa aku tak bisa merasakan itu. Bintang, aku sayang padamu, maaf.
continue.....................
Thursday, March 24, 2011
Bintang >2
Mari aku mulai cerita dari langkah pertama, dari keputusan yang ku buat untuk menempuh perjalanan ini, bersama Bintang yang tak pernah redup walaupun siang menjelang.
Walaupun telah ku ceritakan berkali-kali tentang episode hidupku ini, tetap saja menarik dan tidak membosankan. Kesalahan yang fatal tetapi sangat berharga, pengalaman yang menjadi guru terbaik sepanjang bagian jalan yang ku lewati.
====
jalan rindang dan sedikit lembab setelah hujan, fatamorgana mulai berterbangan di atas aspal yang mulai tersinar matahari. Dua pasang kaki berjalan tenang, saling menggenggam hangat. Beberapa pasang mata bercerita iri pada kami, dan sebagian pasang mata lain meneriakkan kagum, alhamdulillah.
Mata Bintang berbinar bersanding denganku, aku bahagia, begitupun Pria ku ini.
Ya aku bahagia, aku berjanji pada Bintang, dan aku akan menepatinya.
=====
"Bintang, tak mungkin aku bicara padamu, bicara dengan lidah kelu ragu-ragu untuk menjalani hubungan denganmu, buktinya tempo hari oksigen hampir pergi dariku saat aku menyadari bahwa kau kecewa dan memutuskan untuk tidak mencintaiku lagi. Bintang, aku menangis, menangis perih terbakar apa yang telah ku perbuat kepadamu. Bintang, jangan putuskan untuk meninggalkan aku lagi. Tahan aku jika aku berkata akan meninggalkanmu. Bintang aku minta maaf, maaf untuk hari itu, hari dimana kau meneteskan beningmu, tidak menghiraukan derajatmu sebagai laki-laki lagi, saat aku dengan bodoh nya ingin meninggalkanmu, saat semua terasa gelap bagi ku, maaf"
Ternyata perasaan sesal masih kadang terlintas dengan jelasnya. Terlihat aku melukai Bintang, dan aku orang terbodoh yang pernah ada. Kejadian saat itu. Bintang, kau bersinar seperti namamu, memiliki lebih dari satu sudut seperti waktunya untukku, 2 sisinya telah mengisi hari-hariku dengan warna. Warna yang lebih banyak, lebih dari apa yang diberikan dunia untukku. Aku fikir dia akan menjadi masa depanku, tapi Bintang datang lebih cepat, dan sesungguhnya dia membawa kebahagiaan lebih cepat juga. Tuhan membawaku padanya, dan itu anugrah yang mahal dan berkilau. Iya, ini adalah lanjutan perjalanan berhargaku, yang ku kembali buka dan ingin ku ceritakan lebih detail.
continue----------------------
Saturday, March 19, 2011
perjalanan terakhir
ternyata kau benar-benar memutuskan untuk kembali,
terima kasih atas kesabaranmu,
semoga kau bahagia, aku selalu berdoa,
kau selamat dan aku bahagia,
terkasih, salamkan kasih untuk keluargaku dan untuk keluargamu,
maaf aku terlanjur tersesat,
bilang pada wanita yang melahirkanku, aku sangat menyesal dan aku sangat mencintainya,
terkasih, jangan berikan hening untuk sahabat-sahabatmu,
terkasih, selamat tinggal ini bukan perpisahan,
aku akan memulai langkah baru,
untukmu terkasih, kau sangat amat berarti untukku, dan untuk perjalanan ini,
with love,
Ayang
terima kasih atas kesabaranmu,
semoga kau bahagia, aku selalu berdoa,
kau selamat dan aku bahagia,
terkasih, salamkan kasih untuk keluargaku dan untuk keluargamu,
maaf aku terlanjur tersesat,
bilang pada wanita yang melahirkanku, aku sangat menyesal dan aku sangat mencintainya,
terkasih, jangan berikan hening untuk sahabat-sahabatmu,
terkasih, selamat tinggal ini bukan perpisahan,
aku akan memulai langkah baru,
untukmu terkasih, kau sangat amat berarti untukku, dan untuk perjalanan ini,
with love,
Ayang
Friday, March 18, 2011
In my way
KLIK VIDEO TO VIEW
In my Way Slideshow: Ayang’s trip to Jakarta, Java, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Jakarta slideshow. Create a free slideshow with music from your travel photos.
perjalanan keempat
perjalanan selanjutnya,
kami tetap dalam nada intermezzo yang hening,
aku berbohong, dan itu karna kau,
kebohongan untuk kebahagiaanmu, kebhagiaan kita,
kita masih belum menemukan titik dari perjanan ini,
lama-kelamaan aku muak menunggumu berubah,
dan aku tak peduli, silakan kau tetap dalam naluri lelakimu,
dan aku akan tetap melanjutkan perjalanan ini,
perjalanan yang tak membutuhkan kau yang seperti sekarang ini,
kembalilah kita belum jauh,
Tuesday, March 15, 2011
perjalanan ketiga
atas lukamu aku minta maaf,
jika lelah tariklah aku agar berhenti dan menunggumu melepas peluh,
jika kau setia dengan diam aku tak akan pernah tau,
sebenarnya aku sangat ingin adanya kamu dalam perjalananku,
tapi maaf, bukan kamu, bukan kamu yang seperti saat ini,
aku berharap Tuhan merubah engkau, karna Dia tak mungkin merubah perjananku.
yang terkasih,
perjalanan ini masih panjang,
dan mungkin ini bukan untuk kemampuanmu,
biarkan aku meninggalkanmu sejenak, silakan tertawa dengan sahabat-sahabatmu dulu,
aku akan lanjutkan, dan akan aku kembalikan kau di tempat semula,
apa kau ingin? atau tidak?
atau tertap terluka denganku?
aku fikir tidak,
dan kau tak udah berfikir tentang ini,
ini masalahku, yang sebenarnya hanya kau buat rumit dan kau membiarkan dirimu terlibat,
hanya cinta dalam diam yang akan kau mengerti kelak,
yang terkasih, sebenar-benarnya aku adalah seseorang yang sangat mencintaimu tan takut kehilangan,
kasih, taukan bahwa kehilangan itu adalah hal yang buruk dan sebernarnya tak kau harapkan ada dalam episode hidupmu,
sekilas mereka bilang kehilangan adalah indah,
tetapi percayalah padaku, hal buruk itu sangat menyakitkan,
dan tetap dalam diam, kusampaikan
aku mencintai kau dan selamanya seperti aku mencintai perjalanan ini,
Monday, March 14, 2011
perjalanan kedua
lalu kami tersesat,
dia memegang tanganku erat, mungkin takut kehilangan lagi,
kami berjalan lurus,
sesekali pundakmu menopangnya yang kelelahan berberi semangat tetap dalam hening,
aku tau, peluhnya membuat ia lelah, ia tak mampu, tetapi aku menghargai perjuangannya,
tak menyangka aku, di balik selimut setiap malam ia berdoa dan sedih,
ia menangis dan berharap haru birunya larut dalam malam,
ia menyesal, aku pun begitu
kami menyesal dan tersesat,
lalu di awal musim hujan, ia bertelanjang kaki di atas bumi, dia kesakitan tetapi sekarang ia membawaku dalam hening,
diam ini sangat menyakitkan,
aku melukaimu dan lukaku juga belum sembuh
maaf,
dia memegang tanganku erat, mungkin takut kehilangan lagi,
kami berjalan lurus,
sesekali pundakmu menopangnya yang kelelahan berberi semangat tetap dalam hening,
aku tau, peluhnya membuat ia lelah, ia tak mampu, tetapi aku menghargai perjuangannya,
tak menyangka aku, di balik selimut setiap malam ia berdoa dan sedih,
ia menangis dan berharap haru birunya larut dalam malam,
ia menyesal, aku pun begitu
kami menyesal dan tersesat,
lalu di awal musim hujan, ia bertelanjang kaki di atas bumi, dia kesakitan tetapi sekarang ia membawaku dalam hening,
diam ini sangat menyakitkan,
aku melukaimu dan lukaku juga belum sembuh
maaf,
Sunday, March 13, 2011
perjalanan
Semakin tinggi pohon, semakin keras angin yang menerpanya.
Suatu ketika aku bertanya pada masa depanku, "apakah engkau akan terus menjadi masa depanku?"
dia hanya menjawab, "iya"
keesokan ketikanya, masa depanku berjalan menjauhiku, ia keluar dari jalur yang ku buat.
dan aku hanya mengunci kebisuanku,
lusa ketinya, ia menemukan masa depannya sendiri
dan aku masih dalam diam
aku biarkan ia berjalan seiring apa yang ada di hadapannya.
lama kelamaan masa depanku berlari, menghampiri kebahagiaannya.
dan aku sampaikan salamku tetap dalam diam.
lalu, aku berhenti, aku mengistirahatkan diamku, aku membeli tiket untuk kembali,
dan masa depanku kembali karna kecewa dengan kebahagiaannya.
lalu kami tersesat.
Suatu ketika aku bertanya pada masa depanku, "apakah engkau akan terus menjadi masa depanku?"
dia hanya menjawab, "iya"
keesokan ketikanya, masa depanku berjalan menjauhiku, ia keluar dari jalur yang ku buat.
dan aku hanya mengunci kebisuanku,
lusa ketinya, ia menemukan masa depannya sendiri
dan aku masih dalam diam
aku biarkan ia berjalan seiring apa yang ada di hadapannya.
lama kelamaan masa depanku berlari, menghampiri kebahagiaannya.
dan aku sampaikan salamku tetap dalam diam.
lalu, aku berhenti, aku mengistirahatkan diamku, aku membeli tiket untuk kembali,
dan masa depanku kembali karna kecewa dengan kebahagiaannya.
lalu kami tersesat.
Saturday, March 12, 2011
tentang skenario Bintang
Bintang,
Bukan berarti aku tak kuasa melihatmu pergi
silakan saja pergi dan aku tak akan mencarimu, aku berjanji
Bintang,
sepertinya sinarmu bukan untukku, sepertinya kau memang akan meninggalkan aku
ya, memang aku hanya bisa menerka-nerka saja, sebenarnya aku takut akan kenyataan.
sebenarnya aku hanya hanyut dengan apa yang aku rasakan, rasa yang kau antarkan Bintang
Pagi besok, tak akan ada janji, aku tak menagih janjimu, tak akan
aku sibuk menulis skenario, skenario dari cerita yang ku buat, dari yang kurencanakan.
aku ingin semua berjalan seperti cerita pada awalnya, tak akan tangan lain, dan kau hanya pemeran.
Bintang, lakonmu ini akan kuputar balik, perankanlah semampumu
semampu engkau merugikan aku
membuat tulisanku tidak laku
Aku tidak membencimu Bintang, tapi kau harus ikut aturanku, aku yang membuat kau,
membuat detail dari setiap sikap dan watak yang kau punya.
Saturday, March 5, 2011
cerita dari langit
saya tidak sedang berguarau ketika mengatakan bahwa mungkin saya akan meninggalkanmu
buktinya saya sebentar lagi harus mengatakan selamat tinggal pada Bintang, dan menghapusnya dari blog saya
sebaik-baiknya tulisan adalah apa yang pernah kau alami
kau membeli tulisanku dan menjualnya jauh dari harga kau membelinya dariku
sekarang aku akan menunggu apa tulisanku sukses atau malah menjadi senjata untukmu sendiri
rasanya tak kuasa untuk melepaskan Bintang yang selama ini ku sangat kagumi
tokoh yang watak dan sifatnya ku fikirkan sangat mendalam dan tidak sembarangan
dia adalah refleksi dari hidupku, dari pengalamanku
dan sekarang hendak kau membelinya
dari kata per kata yang kutulis untuk mengiringi perjalan tokoh Bintang, aku sangat memikirkannya dengan seksama
kuperhatikan titik dan koma, agar karangan yang diperankan oleh Bintang sempurna
Dialog Bintang kuambil dari perjalananku selama ini,
dari apa yang pernah ku katakan pada seseorang yang menyetuh hidupku
mu antarkan Bintang dengan kalimat yang lembut
dan kusisipkan tokoh-tokoh yang istimewa
tokoh yang tak lain adalah orang-orang yang datang dikehidupan nyataku
orang-orang yang datang dan pergi silih berganti
bahkan orang yang sampai saat ini menemaniku
Tokoh utama yang ku namakan Bintang,
Tokoh yang selama ini dikagumi oleh teman-teman yang membaca karanganku
Bintang memang tokoh yang hebat,
yang sampai saat ini aku kagumi
Jika waktunya sudah tiba,
izinkan aku berkata selamat tinggal padamu Bintang
izinkan aku menjualmu
izinkan aku mengganti nama tokoh favoritku ketika aku menulis karangan
izinkan aku, Bintang
Thursday, March 3, 2011
waktu tak akan menunggumu
Lelah memang mulut ini berkata-kata, menjelaskan makna yang lama-lama menjadi tak berarti
Tentang pengertian adalah aku, tentang kau yang selama ini tak kunjung aku mengerti, kebaikan yang seolah menjadi boomerang untukku.
Memang aku tak dapat mencintai selain dirimu, tetapi jika terus seperti ini keadaannya, aku pun akan memilih hancur berkeping-keping saja.
Kau mungkin akan mendapat yang kau inginkan, karna kau bisa
Dan aku tak punya daya sekuat yang kubutuhkan untuk mencapai kebahagiaanku
Hidup memang tak hanya bicara tentang kebahagiaan dan keadilan semata,
Memang tak mengajarkan kita untuk berjalan lurus saja
Aku sangat mengerti bahkan paham diluar daya ingatku bahwa kau akan lebih bermanfaat untuk orang lain
Aku tak bisa mengoperasikan dirimu dengan baik
Aku pengguna yang buruk karna aku tak sepintar kelihatannya. Ku rasa kadar cobaan yang kuterima mengikis itu menjadi setipis kulit ari.
Jika kau tetap memaksaku berdiri, aku tak mempunyai banyak waktu. Sebentar lagi pun kau akan lelah memegangiku, dan akhirnya kau pasrahkan aku terjatuh.
Untuk mu yang terkasih, aku selalu mencintaimu dibalik kebaikan yang kau berikan
Tentang pengertian adalah aku, tentang kau yang selama ini tak kunjung aku mengerti, kebaikan yang seolah menjadi boomerang untukku.
Memang aku tak dapat mencintai selain dirimu, tetapi jika terus seperti ini keadaannya, aku pun akan memilih hancur berkeping-keping saja.
Kau mungkin akan mendapat yang kau inginkan, karna kau bisa
Dan aku tak punya daya sekuat yang kubutuhkan untuk mencapai kebahagiaanku
Hidup memang tak hanya bicara tentang kebahagiaan dan keadilan semata,
Memang tak mengajarkan kita untuk berjalan lurus saja
Aku sangat mengerti bahkan paham diluar daya ingatku bahwa kau akan lebih bermanfaat untuk orang lain
Aku tak bisa mengoperasikan dirimu dengan baik
Aku pengguna yang buruk karna aku tak sepintar kelihatannya. Ku rasa kadar cobaan yang kuterima mengikis itu menjadi setipis kulit ari.
Jika kau tetap memaksaku berdiri, aku tak mempunyai banyak waktu. Sebentar lagi pun kau akan lelah memegangiku, dan akhirnya kau pasrahkan aku terjatuh.
Untuk mu yang terkasih, aku selalu mencintaimu dibalik kebaikan yang kau berikan
Tuesday, February 15, 2011
Monday, February 14, 2011
dia membiaskan cahaya
benda itu indah, matanya berkilau dan lingkarannya mungil menghiasi tanganku. priaku memberikannya kala petang baru saja menjelma menjadi malam. di pekatnya langit, benda itu bersinar, dibalut kotak coklat dan pita emas.saat aku membukanya perlahan, hatiku seperti meleleh, mataku berkaca-kaca hendak menumbahkan bening bahagia, sangat bahagia.
kau melingkarkan benda mungil itu perlahan di jari manisku, sekejap aku ingin sekali memelukmu, mengatakan bahwa tiba-tiba benda itu melukiskan cintamu, cinta yang selama ini kau punya.
selepas pertemuan diujung malam itu, tak luput benda itu ku pandangi, ia makin membiaskan cahaya di bawah terang lampu neon. alhamdulillah
menjelang tidur, rasanya berat untuk melepaskan benda itu yang sudah melingkar cantik di jari manisku. ku bungkus rapi kembali dan ku simpan dengan baik.
kau yang terkasih, aku sangat mencintaimu <3
kau melingkarkan benda mungil itu perlahan di jari manisku, sekejap aku ingin sekali memelukmu, mengatakan bahwa tiba-tiba benda itu melukiskan cintamu, cinta yang selama ini kau punya.
selepas pertemuan diujung malam itu, tak luput benda itu ku pandangi, ia makin membiaskan cahaya di bawah terang lampu neon. alhamdulillah
menjelang tidur, rasanya berat untuk melepaskan benda itu yang sudah melingkar cantik di jari manisku. ku bungkus rapi kembali dan ku simpan dengan baik.
kau yang terkasih, aku sangat mencintaimu <3
Friday, January 14, 2011
Untitle - Sekapur Sirih
SEKAPURSIRIH
Aku Putra, 18 tahun. Aku mencoba menulis tetapi tak tau harus mulai dari titik yang mana. Awalnya hidupku berjalan normal, bahkan diatas rata-rata teman ku yang lain. Sampai tiba-tiba jalan hidupku melaju dengan cepat dan memutar roda nasibku. Tak ingat kapan tepatnya tetapi ruang dan waktu saat itu membuat aku menulis kisah ini, kisah yang ingin ku bagi dengan orang lain, kisah yang singkat tetapi sangat menyakitkan sampai-sampai menutup rasa syukur ku.
Aku mempunyai Riri, dia seorang gadis yang diatas rata-rata temannya, sebagai gadis belasan tahun, dia mampu membawa pada ruang kedewasaan dan kadang membuat masalah menjadi sedikit lebih rumit. Aku mengenal wanita ku ini sudah sekitar 4 tahun, dan dalam 3 tahun belakangan ini kami menjalin hubungan, hubungan yang sangat ku banggakan di depan teman-temanku, hubungan yang membuat iri setiap pasang mata yang melihat lekat ke arah kami, itulah aku dan dia, Riri, wanita milikku 3 tahun belakangan ini. Tak jarang ada yang mengatakan kami mempunyai perawakan yang mirip, jodoh katanya.
Kami bahagia, dan kami menjaga harmonis ini sehati-hati mungkin. Masalah demi masalah terselesaikan dari yang simpel sampai yang rumit, Riri dewasa dan aku mudah mengerti, jadi tak ada masalah yang berarti yang menghantui hubungan kami. Aku pernah menyukai seseorang selain Riri, walau jadi masalah yang sempat membawa hubungan kami di ujung tanduk, tetapi akhirnya dapat terlewati, bahkan masalah itu makin meningkatkan kualitas hubungan kami. Ku lihat makin banyak pasang mata yang berbicara kagum pada kami, pada hubungan ku dan Riri. Tak sersirat apa itu kehilangan, bagaimana rasanya dan dengan cara apa menyembuhkan rasa itu. Kami bahagia dan aku selalu berdoa agar selalu begitu. Tetapi. Seperti yang sudah ku katakan, tiba-tiba saja roda hidup ku berputar, begitu juga dengan hidup Riri.
Setelah kami terpisah, tepatnya berbeda universitas selepas SMA, kebiasaan kami berdua pun berubah seratus delapan puluh derajat. Dulu kami selalu bersama saat SMA, berangkat sekolah, jajan di kantin, mengerjakan tugas, dan pulang sekolah, masih banyak lagi yang kami kerjakan bersama semasa sekolah dulu, tetapi sekarang tidak ada lagi. Kampus Riri di Depok, dan Kampusku di daerah Jakarta Selatan. Walau tidak jauh sekali, tetapi kami jadi jarang bertemu. Dan hubungan kami dalam keadaan kritis akhir-akhir ini.
Semerter pertamaku dan Riri berjalan dengan baik, aku masih menyempatkan waktuku untuk kadang menjemputnya ke kampus, dan aku pun mengenal sebagian teman-teman barunya. 6 bulan di tempat yang berbeda belum menunjukann masalah yang berarti dan serius, hubungan kami toh masih membuat orang lain kagum, kami terlihat saling setia dan menghargai, juga saling membanggakan satu sama lain. Masuk ke semester kedua, tugas-tugasku mulai menumpuk, dan Riri mulai aktif di kampusnya, kami jadi jarang bertemu, bahkan via handphone pun tidak bisa sering-sering berhubungan. Tugas ku sangat banyak di tambah lagi rumah ku yang tidak dekat dengan kampus, aku kadang harus menginap di rumah teman yang ada di dekat kampus, dan kadang Riri memaksa bertemu, walau tak ada waktu luang pasti aku menyempatkan waktu untuknya. Riri pun berubah, dia jadi curigaan dan tak jarang kami mendebatkan masalah sepele, apalagi jika kita saling sulit bertemu.
Hubungan kami mulai sering diwarnai pertengkaran, aku merasa Riri tidak mengerti keadaanku.
Aku Putra, 18 tahun. Aku mencoba menulis tetapi tak tau harus mulai dari titik yang mana. Awalnya hidupku berjalan normal, bahkan diatas rata-rata teman ku yang lain. Sampai tiba-tiba jalan hidupku melaju dengan cepat dan memutar roda nasibku. Tak ingat kapan tepatnya tetapi ruang dan waktu saat itu membuat aku menulis kisah ini, kisah yang ingin ku bagi dengan orang lain, kisah yang singkat tetapi sangat menyakitkan sampai-sampai menutup rasa syukur ku.
Aku mempunyai Riri, dia seorang gadis yang diatas rata-rata temannya, sebagai gadis belasan tahun, dia mampu membawa pada ruang kedewasaan dan kadang membuat masalah menjadi sedikit lebih rumit. Aku mengenal wanita ku ini sudah sekitar 4 tahun, dan dalam 3 tahun belakangan ini kami menjalin hubungan, hubungan yang sangat ku banggakan di depan teman-temanku, hubungan yang membuat iri setiap pasang mata yang melihat lekat ke arah kami, itulah aku dan dia, Riri, wanita milikku 3 tahun belakangan ini. Tak jarang ada yang mengatakan kami mempunyai perawakan yang mirip, jodoh katanya.
Kami bahagia, dan kami menjaga harmonis ini sehati-hati mungkin. Masalah demi masalah terselesaikan dari yang simpel sampai yang rumit, Riri dewasa dan aku mudah mengerti, jadi tak ada masalah yang berarti yang menghantui hubungan kami. Aku pernah menyukai seseorang selain Riri, walau jadi masalah yang sempat membawa hubungan kami di ujung tanduk, tetapi akhirnya dapat terlewati, bahkan masalah itu makin meningkatkan kualitas hubungan kami. Ku lihat makin banyak pasang mata yang berbicara kagum pada kami, pada hubungan ku dan Riri. Tak sersirat apa itu kehilangan, bagaimana rasanya dan dengan cara apa menyembuhkan rasa itu. Kami bahagia dan aku selalu berdoa agar selalu begitu. Tetapi. Seperti yang sudah ku katakan, tiba-tiba saja roda hidup ku berputar, begitu juga dengan hidup Riri.
Setelah kami terpisah, tepatnya berbeda universitas selepas SMA, kebiasaan kami berdua pun berubah seratus delapan puluh derajat. Dulu kami selalu bersama saat SMA, berangkat sekolah, jajan di kantin, mengerjakan tugas, dan pulang sekolah, masih banyak lagi yang kami kerjakan bersama semasa sekolah dulu, tetapi sekarang tidak ada lagi. Kampus Riri di Depok, dan Kampusku di daerah Jakarta Selatan. Walau tidak jauh sekali, tetapi kami jadi jarang bertemu. Dan hubungan kami dalam keadaan kritis akhir-akhir ini.
Semerter pertamaku dan Riri berjalan dengan baik, aku masih menyempatkan waktuku untuk kadang menjemputnya ke kampus, dan aku pun mengenal sebagian teman-teman barunya. 6 bulan di tempat yang berbeda belum menunjukann masalah yang berarti dan serius, hubungan kami toh masih membuat orang lain kagum, kami terlihat saling setia dan menghargai, juga saling membanggakan satu sama lain. Masuk ke semester kedua, tugas-tugasku mulai menumpuk, dan Riri mulai aktif di kampusnya, kami jadi jarang bertemu, bahkan via handphone pun tidak bisa sering-sering berhubungan. Tugas ku sangat banyak di tambah lagi rumah ku yang tidak dekat dengan kampus, aku kadang harus menginap di rumah teman yang ada di dekat kampus, dan kadang Riri memaksa bertemu, walau tak ada waktu luang pasti aku menyempatkan waktu untuknya. Riri pun berubah, dia jadi curigaan dan tak jarang kami mendebatkan masalah sepele, apalagi jika kita saling sulit bertemu.
Hubungan kami mulai sering diwarnai pertengkaran, aku merasa Riri tidak mengerti keadaanku.
Say goodbye to our memories
Seandainya kau tau aku tak suka keadaan seperti ini.
Kau dan aku berdiam sudah sekitar hampir satu jam. Kita saling duduk berhadapan, tapi mengapa kau tak melihat kearahku? Kau sibuk memperhatikan sekitarmu saja, sedangkan sedari tadi bening terus menetes membanjiri pipi ku. Aku ingin sekali kau peluk, aku ingin kau menenangkanku agar tangisanku berhenti, tetapi seolah tak ada aku di hadapanmu, kau membiarkanku bahkan melihatku pun tidak.
Akhirnya aku menghapus air mata ku sendiri, membetulkan posisi dudukku, dan karna aku bergerak kau pun menoleh, tapi kau tak mengatakan apa-apa. Aku ingin sekali kau peluk sayang, aku tak suka keadaan ini, aku tak suka!!!.
Setelah beberapa menit air mataku tak keluar lagi kau mulai membuka pembicaraan. Apakah harus selama ini kau baru bicara? Setelah beningku banyak tumpah dan aku lelah.
“Maaf aku mengecewakanmu lagi.” Ujarnya dengan nada bersalah, kalimat itu membuat dada ku sesak. “Aku tak pantas untukmu, begitu juga menghapus air mata mu lagi.” Tambahnya, dan itu membuat ku makin sulit bernafas. “Aku merasa begitu bersalah padamu, juga pada diriku sendiri.” Dia menghela nafas panjang, “Dan aku tak ingin melukaimu lebih dalam, mungkin kau akan bahagia jika tidak bersamaku” suaranya makin kecil hampir tak terdengar olehku. Aku tak dapat mencerna perkataannya dengan baik, aku tak ingin dia melanjutkan.
“Tapi aku sangat mencintaimu” entah mengapa aku mengucapkan kalimat itu, dan kantung mataku berusaha keras menahan airmata yang nyaris tumpah.
Dia diam, dan memakan bermenit-menit lagi. Kami kembali dalam intermezzo, tanpa suara dan tanpa interaksi apapun, tetapi kami masih bernafas, seakan semua disekitar kami hening.
Aku sangat mencintaimu Bintang, kita cocok, dan kau sangat pantas memilikiku, kau milikku Bintang, aku tak ingin kau pergi. Aku pun dapat memaafkan semua salahmu, kau tak usah merasa bersalah. Bintang, kau tak ingin mengucapkan pisah kan? Bagaimana dengan ku? Bagaimana bila kau pergi? Aku sayang padamu. Hati ku merengek, tapi tak bisa ku ungkapkan. Yang saat ini keluar hanya air mata yang kembali tumpah, makin terisak dan Bintang semakin mengunci kebisuannya. Aku ingin kau peluk Bintang, mengertilah. Atau sekedar kau genggam tanganku.
“Put, jangan menangis.” Tapi tak bisa berhenti Bintang, aku tak bisa berhenti menangis. “Aku tak tau harus berbuat apa?” peluk saja aku Bintang “Put, apakah aku menyakitimu begitu dalam? Bagaimana caraku mengobatinya? Kau terlihat begitu menderita berpacaran denganku.” Tidak Bintang, aku bahagia denganmu, jangan bilang seperti itu. “Put, kenapa kau diam saja? kau pasti begitu marah padaku.”
Aku tak dapat menjawab pertnayaan Bintang, karna aku tak tau mengapa aku malah menangis, aku bahagia dengannya, tetapi mengapa aku menangis? Baca saja fikiranku Bintang agar kau tau, karna aku tak sanggup mengucapkannya.
Bintang kembali diam, dan intermezzo kembali datang.
“Aku sayang padamu Bintang, kenapa kau bilang kau tak pantas untukku? Kau pantas untukku, bahkan sangat pantas. Aku mencintaimu Bintang, kau tidak menyakitiku, aku hanya takut kehilanganmu. Mengapa kau selalu menyalahkan dirimu dan membuatku merasa ragu? Aku harus bagaimana agar kau tau bahwa aku tak ingin kehilanganmu? Aku hanya ingin kau peluk atau sekedar kau genggam aku, lukaku sembuh dengan pelukan. Tapi kenapa kau tidak melakukannya? Apa kau menunggu aku yang memintanya?” suaraku tinggi, dan bibirku gemetar juga beningku makin menjadi-jadi. Bintang hanya diam dengan menatapku lekat-lekat. Aku mencoba menarik semua oksigen di sekitarku, mencoba meredam emosi, dan aku menunduk.
Tiba-tiba saja Bintang berdiri dan beranjak meninggalkanku sendiri di tengah taman. Aku tak dapat melakukan apapun, aku pasrah jika akhirnya Bintang benar-benar pergi meninggalkanku. Aku pun tak ingin menahannya. Dan ku pastikan aku mati saat ini, tak ada asupan oksigen lagi, beningku pun membeku dan dingin menusuk tulang-tulangku malam ini. Kenyataan makin harus aku terima, bahkan aku tak sempat mengucapkan selamat tinggal padanya. Pada Bintang yang sangat aku cintai. Aku tertunduk lemas di meja taman, kusandarkan keningku diatas lengan yang ku lipat dan ku kulaikan di atas meja taman, kupejamkan mata dan lama-lama tak terdengar apapun dari sekitarku, suasanapun semakin dingin, dan aku serasa tak menyentuh tanah lagi, serasa melayang, tapi apa peduliku? Aku tetap asik dalam dunia intermezzo yang menyakitkan ini.
Dalam gelapku, aku tak melihat apapun sampai akhirnya di sudut pejamku, aku melihat ada cahaya yang semakin mendekat. Dan lama-lama menyilaukan mataku. Aku tersentak dan menegakkan tubuhku juga membuka mataku, ternyata aku masih di taman yang gelap dan dingin. Lalu…………….
Lalu ada seseorang yang memelukku dari belakang, sekarang aku merasa ada kehangatan yang menjilati tubuhku. Dan oksigen kembali dapat ku hirup.
“Putri, aku juga sangat mencintaimu. Aku pun tak ingin pergi darimu. Aku akan memelukku bahkan tanpa kau pinta, aku akan terus menjagamu, aku tau aku pantas untukmu, dan kau memang milikku Put. Aku tak akan meninggalkanmu, dan aku akan setia menghapus air matamu, aku akan terus mencoba membahagiakanmu Put. I love you” Bintang membiskikan itu padaku. Aku pun berdiri dan berbalik badan, melihat kearah Bintang dan dia tersenyum, dia baru saja menyembuhkan lukaku. Aku pun berbalik memeluknya, memeluknya dengan erat, aku tak ingin dia pergi dan aku tak ingin kehilangan dia. Semakin erat aku memeluknya dan ia pun memelukku.
“Jangan pergi Bintang, aku butuh kau bimbing” aku menangis haru dalam pelukannya.
“Aku mencintaimu Put, sangat mencintaimu.” Dia makin memelukku, dan kami sekarang berada dalam saat-saat terindah, dan aku tak ingin mengakhirinya. Kami saling mencintai, kami selalu bersama bukan karna terbiasa, tetapi karna kami tak ingin saling kehilangan. Sekarang tak akan ada lagi aku, yang ada adalah aku dan Bintang.
Subscribe to:
Posts (Atom)